Di sepanjang jalan, puluhan warga terlihat berdiri di pinggir jalan, menunggu dan meminta uluran tangan dari relawan yang mendistribusikan bantuan bagi korban gempa dan tsunami.
“Kami tidak menjarah atau merampas logistik yang akan dibawa ke Palu. Kami hanya meminta sumbangan karena sudah beberapa hari ini setelah gempa terjadi kami belum mendapatkan bantuan apa-apa padahal setiap hari banyak mobil pengangkut bantuan yang hanya melintas,” ujar Wia.
Walaupun banyak rumah-rumah warga di Kecamatan Benawa Tengah Kabupaten Donggala yang terlihat masih utuh, namun guncangan gempa dan tsunami juga menghentakkan tanah-tanah di kawasan itu.
“Tidak ada yang bisa kami lakukan saat itu, hanya berlari keluar rumah menyelamatkan diri. Guncangan gempa terasa sangat kuat dan beberapa saat kemudian terjadi tsunami. Kami tidak berfikir lagi menyelamatkan harta benda yang penting bisa selamat,” lanjut Wia.
“Rumah saya tidak terlalu parah tetapi kami sangat trauma dan tidak berani tinggal di rumah karena gempa susulan masih terus terjadi. Kami membangun tenda di samping rumah karena takut bermalam di rumah. Kami hanya mengandalkan pemberian dari relawan yang melintas karena stok kebutuhan sudah sangat terbatas. Yang paling penting kami butuhkan adalah air bersih, pakaian, perlengkapan bayi dan air minum,” tambahnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara