“Jadi kalau mereka berkeluarga pun memiliki hal yang sama. Jadi sejak kecil sudah memiliki benteng pertahanan dari luar , dan tentunya harus mandiri dari sisi ekonomi juga,” ucapnya.
Menurut Giwo, pihak kepolisian perlu mendalami secara utuh mengapa satu keluarga bisa menjadi pelaku pengeboman di sejumlah rumah ibadah di Surabaya.
“Tapi yang pasti, proses indoktrinasi melalui pengasuhan itu sangat efektif. Sehingga anak rela sebagai pelaku,” Kata mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) itu.
Pembinaan keluarga agar tak terindoktrinasi paham radikal mesti melalui berbagai cara, seperti melalui dakwah keagamaan dengan penceramah terpilih, melalui buku bacaan yg terpilih serta melalui pengajuan deradikalisasi.
Diketahui ada tiga gereja yang terkena ledakan bom yang terjadi pada Minggu (13/5) pagi yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) di Jalan Ngagel, GKI Jalan Diponegoro dan GPPS Jalan Arjuna, semuanya di Surabaya. Aksi teror peledakan bom tersebut menewaskan sekitar 13 orang dan 41 orang terluka.
Ledakan terjadi dalam rentang waktu berbeda, di Gereja Santa Maria, bom meledak pada pukul 07.30 WIB, dan dua gereja lainnya, tak berapa lama sesudahnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid