Pekerja menurunkan tandan buah segar kelapa sawit dari perahu di Perkebunan kawasan Gambut Jaya, Muaro Jambi, Selasa (15/9). Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) harga CPO anjlok menjadi dibawah 600 dolar AS per metrik ton yang merupakan level terendah sejak enam tahun terakhir. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/ama/15

Banjarmasin, Aktual.com – Kalimantan Tengah (Kalteng) kini seakan sudah menjadi bagian dari ‘Kerajaan Malaysia’. Sebab, perkebunan kelapa sawit di sana sudah banyak yang dikuasai pengusaha dari negeri jiran.

Penilaian itu disampaikan Guru Besar Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin Prof MP Lambut, Ems sebagai kritik sosial dan ekonomi di wilayahnya.

“Mengapa Kalteng seakan Kerajaan Malaysia? Karena perkebunan kelapa sawit di ‘Bumi Isen Mulang’ itu dari orang-orang Malaysia,” ujar pria asli Kalteng itu di Seminar Nasional Jejak Langkah Pengabdian Ir Pangeran Mohammad (PM) Noor di Banjarmasin, Sabtu (7/11).

Putra Dayak Ngaju Kalteng itu menyayangkan kehadiran perusahaan perkebunan kelapa sawit dari pengusaha Malaysia yang meminggirkan penduduk asli. Dan bukannya meningkatkan kesejahteraan warga setempat atau sekitar perkebunan.

“Semestinya, kehadiran perusahaan asing justru meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat setempat, terlebih bagi penduduk asli,” lanjutnya.

Dosen Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unlam itu berharap, agar pemerintah memperhatikan terhadap perusahan asing yang seakan menjadi tuan di negeri ini, dan penduduk setempat yang terkesan sebagai tamu di negerinya sendiri.

Artikel ini ditulis oleh: