ilustrasi Kenaikan TDL

Jakarta, Aktual.com – Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), menyebut kenaikan tarif dasar listrik yang diberlakukan oleh pemerintah, merupakan kado pahit untuk buruh yang baru saja menyerukan aspirasinya.

“Selain ruang demokrasi yang dipersempit karena buruh tidak boleh aksi mayday di Istana, harga-harga kebutuhan terus melambung tinggi. Ini menjadi semacam kado pahit bagi buruh dan rakyat,” kata Presiden KSPI Said Iqbal melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (3/5).

Menurut dia, saat harga sumber energi seperti minyak, batubara, gas, dan energi terbarukan di dunia turun, seharusnya harga listrik juga turun, bukan malah naik.

Pihaknya mengaku kecewa dengan adanya kebijakan itu di saat yang sama penyampaian aspirasi pada Hari Buruh dipersempit, kebijakan upah murah, jaminan kesehatan bermasalah dan pencabutan subsidi.

“Apalagi pendapatan masyarakat tidak ada kenaikan. Bahkan daya beli buruh cenderung turun akibat adanya PP 78 Tahun 2015,” kata Iqbal.

Lebih lanjut, Said Iqbal meminta agar pemerintah menurunkan kembali tarif dasar listrik dan harga-harga kebutuhan pokok karena subsidi adalah hak rakyat.

Khususnya untuk listrik 900 VA, tutur dia, sebagian besar penggunanya adalah buruh serta merupakan salah satu bagian kebutuhan hidup layak (KHL) yang menjadi dasar kenaikan upah minimun.

“Karena itu, yang paling merasakan dampaknya atas kenaikan itu adalah buruh dan rakyat kecil,” kata Iqbal.

Terhitung mulai 1 Mei 2017, tarif dasar listrik (TDL) golongan 900 VA naik Rp329 per kWH. Sebanyak 18,7 juta pelanggan golongan tersebut kini harus membayar Rp1.352 per kWH untuk penggunaan listrik mereka.

Kenaikan ini sesuai dengan Permen ESDM 28/2016 tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan PLN. Sesuai regulasi tersebut, kenaikan TDL tahap III bulan ini merupakan yang terakhir.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: