Kantor Berita Fars, Iran melaporkan, Israel menargetkan proyek pengembangan ladang gas dan minyak South Pars, yang merupakan ladang gas alam terbesar di dunia, yang dikenal sebagai Ladang Utara, yang dimiliki bersama oleh Iran dan Qatar, terletak di Teluk Persia - foto X

Teheran, Aktual.com – Sejak Jumat dini hari (13/6) hingga Minggu siang (15/6), militer zionis Israel terus melancarkan serangan udara ke negeri Iran. Puluhan infrastruktur hancur, seperti bandara internasional, fasilitas pengayaan nuklir, dan kilang minyak maupun lading gas terbesar Iran hancur serangan rudal dan drone tempur Israel.

Untuk diketahui, pada Minggu (15/6), militer Israel menyerang situs minyak dan gas di South Pars Fase 14, sedangkan militer Teheran menyerang kilang minyak utama Israel di dekat Pelabuhan Haifa. Kebakaran juga terjadi di Pelabuhan Kangan di provinsi Bushehr, Iran, menyusul gelombang serangan drone tempur Israel yang menargetkan ladang minyak dan gas South Pars Fase 14, yang merupakan sebagai ladang gas terbesar di dunia.

Serangan terhadap ladang gas ini, maka menghentikan 12 juta meter kubik produksi gas Iran per hari. Ini adalah serangan langsung pertama Israel terhadap infrastruktur minyak dan gas Iran. Ladang gas South Pars memasok 66 persen gas domestik Iran. Gas ini dibagi dengan Qatar yang mengekspor 77 juta ton LNG secara global dari ladang yang sama.

Hal sebaliknya juga dilakukan militer Iran, rudal jarak jauh diluncurkan Iran ke wilayah Israel, menghancurkan berbagai fasilitas militer, bandara internasional , fasilitas pengayaan nuklir, juga kilang minyak terbesar Israel juga hancur lebur.

Namun yang paling menyakitkan, delapan jenderal top Iran ikut terbunuh dalam serangan Israel tersebut. Bahkan banyak ilmuwan nuklir Iran tewas akibat serangan itu. Berikut nama-nama para jenderal terkemuka Iran dan ilmuwan nuklir Iran yang gugur dalam serangan militer zionis itu.

Mayor Jenderal Hossein Salami – foto X

Mayor Jenderal Hossein Salami

Lahir Golpayegan pada 1960 adalah Panglima Tertinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC). Ia bergabung dengan IRGC selama Perang Iran–Irak (1980-1988), saat ia masih menjadi mahasiswa. Ia naik pangkat, menjadi wakil komandan. Pada 21 April 2019, pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei, mengangkatnya sebagai Panglima Tertinggi IRGC yang baru, menggantikan Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari.

Salami menonjol di antara para komandan IRGC karena pidatonya yang berapi-api dan agresif yang ditujukan kepada AS, Israel, dan Arab Saudi.  Salami juga memiliki gelar doktor dalam geografi militer. Ia juga punya berbagai cara inovatif untuk menghindari sanksi ekonomi  AS, mengembangkan program rudal Iran, dan mempertahankan kebijakan regional rezim yang menantang. Bulan Mei lalu, Salami mengatakan Iran akan membuka ”gerbang neraka” jika diserang oleh Israel atau AS.

Salami juga terlibat langsung dalam kebijakan militer regional Iran, termasuk aktivitas di Suriah, Irak, Lebanon, dan dukungan untuk kelompok seperti Hizbullah.

Mayor Jenderal Mohammad Bagheri – foto X

Mayor Jenderal Mohammad Bagheri

Mohammad Bagheri kelahiran 1960 atau 1961, adalah Komandan Militer Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) yang bertugas di posisi militer paling senior yang ada di Iran. Ia juga menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran. Ia mulai bergabung dengan IRGC pada tahun 1980 sejak dimulainya perang Iran-Irak. Bersama saudaranya, dia membantu mendirikan unit intelijen IRGC selama perang Iran-Irak.

Selain itu, Bagheri adalah seorang ahli intelijen militer dengan pengalamannya sejak Perang Iran-Irak, ia menyandang gelar Ph.D. dalam geografi politik, dan juga mengajar di Universitas Pertahanan Nasional Tertinggi Iran.

Mayor Jenderal Gholam Ali Rashid – foto X

Mayor Jenderal Gholam Ali Rashid

Gholam Ali Rashid, kelahiran 1953 adalah Komandan Markas Pusat Khatam-al Anbiya. Sebelumnya ia pernah  menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, dan termasuk di antara para komandan pengambil keputusan dalam Perang Iran–Irak.

Rashid secara terbuka pernah mengakui adanya hubungan strategis yang mendalam antara Iran dengan sejumlah kelompok bersenjata non-negara di berbagai wilayah. Dalam pernyataan yang direkam oleh MEMRI, ia menggambarkan Hizbullah di Lebanon, Hamas dan Jihad Islam Palestina di Gaza, Unit Mobilisasi Populer Irak, serta Houthi di Yaman bukan sekadar sekutu, melainkan sebagai perpanjangan langsung dari kekuatan militer Iran.

Rashid sebagai pengawas strategi drone, rudal, dan jalur perbatasan Iran, ia berkoordinasi dengan Hizbullah, Hamas, Houthi, dan milisi Irak.

Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh – foto X

Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh

Amir Ali Hajizadeh kelahiran 28 Februari 1962, adalah Panglima Pasukan Dirgantara IRGC, sebuah posisi yang diembannya sejak Oktober 2009 hingga ia tewas dalam serangan udara Israel pada 13 Juni 2025. Sebagai Komandan Angkatan Udara IRGC, Hajizadeh bertanggung jawab atas seluruh program rudal Iran. Ia juga pernah menerima penghargaan Bintang Fatah pada tahun 2024.

Dalam latihan perang Eghtedar-e Velayat pada 8 Maret 2016, Hajizadeh mengatakan: ”Alasan kami merancang rudal dengan jangkauan dua ribu km adalah agar kami dapat menghantam musuh dari jarak yang aman.”

Hajizadeh juga merupakan salah satu tokoh utama di Iran yang memimpin serangan Iran terhadap Israel pada April 2024, yang dikenal di Iran sebagai Operasi Janji Sejati 1, dan serangan lanjutan pada Oktober 2024 yang dikenal sebagai Operasi Janji Sejati 2. Pada 1 Juli 2024, ia menyampaikan harapannya untuk kembali melancarkan serangan berskala besar terhadap Israel.”Kami berharap kesempatan untuk menjalankan Operasi Janji Sejati 3 yang akan tiba,” kata Hajizadeh.

Ia juga secara terbuka berbicara tentang dukungan persenjataan Iran kepada sekutu-sekutunya di kawasan, dengan menyatakan: ”Sebagaimana terlihat dari senjata saudara-saudara kita di Palestina, Lebanon, dan tempat lain, kini jelas bahwa mereka memang dibantu dan dipasok oleh Iran.”

Dalam sebuah pidato di hadapan para mahasiswa yang disiarkan di IRINN TV pada 1 Desember 2023, Hajizadeh mengatakan : ”Lihat, sebagian orang bertanya apa yang telah dilakukan Republik Islam Iran terkait Gaza. Republik Islam Iran telah melakukan apa yang harus dilakukan. Dulu mereka hanya bisa membela diri dengan batu. Hari ini mereka mempertahankan diri dengan roket dan memiliki senjata serta kemampuan yang maju.”

Selain mereka, beberapa jenderal top Iran lain yang ikut terbunuh dalam serangan Israel :

  • Brigadir Jenderal Gholamreza Mehrabi yang merupakan Wakil Kepala Intelijen Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran.
  • Brigadir Jenderal Mehdi Rabbani Dia adalah Wakil Kepala Operasi Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran.
  • Brigadir Jenderal Ali Shamkhani yang merupakan sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi di pemerintahan Iran, sekaligus penasihat politik Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
  • Brigadir Jenderal Esmail Qaani Dia adalah Komandan Pasukan Quds IRGC

Selain delapan jenderal Iran, berikut nama-nama ilmuwan nuklir Iran yang tewas akibat serangan udara Israel :

Dr Fereydoon Abbasi – foto X

Dr Fereydoon Abbasi yang merupakan Kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) periode 2011-2013. Ia kemudian menjadi anggota parlemen Iran sejak 2020 hingga 2024.

Dalam sebuah wawancara di televisi pada Mei lalu, ia mengatakan kemungkinan membuat senjata nuklir. Saat itu, dia menegaskan bahwa dirinya akan dengan senang hati melaksanakan perintah untuk membuat senjata nuklir tersebut jika dia menerima perintah melakukannya.

”Jika saya menerima perintah untuk membangun bom nuklir, maka saya akan melakukannya. Kita dapat membangun bom nuklir kecil yang dapat menghancurkan seluruh pangkalan militer, dan tidak diklasifikasikan sebagai WMD (Weapon of Mass Destruction/Senjata Pemusnah Massal),” ungkap Abbasi.

Saat ditanya wartawan, apakah anda tidak takut dibunuh? Abbasi menjawab ; ”Sebelumnya mereka berbicara dan mencantumkan nama saya dalam daftar dan mengatakan saya akan dibunuh. Saya katakan terima kasih. Apa yang harus saya lakukan ? Saya telah melakukan apa yang perlu saya lakukan. Yang terpenting, kaum muda melakukan pekerjaan yang bisa kita lakukan. Kita sekarang di sini hanya untuk hidup dan bercanda.”

Selain Dr Fereydoon Abbasi, para ilmuwan nuklir Iran yang turut tewas dalam serangan zionis itu adalah Rektor Universitas Islam Azad di Teheran, Mohammad Mechdi Tehranchi; Kepala Teknik Nuklir di Universitas Shahid Beheshti Iran, Abdolhamid Minouchehr;  serta dua Profesor teknik nuklir di Universitas Shahid Beheshti, yakni Ahmadreza Zolfaghari dan Amirhossein Feqhi Motalleblizadeh.

(Indra Bonaparte)