“Kredibilitas fiskal menguat dengan adanya pemangkasan belanja pemerintah, serta sasaran yang lebih bisa dicapai dalam APBN 2017, memperkuat kepercayaan investor. Defisit fiskal pada tahun 2016 sebesar 2,5% dari PDB, lebih rendah dari perkiraan sebesar 2,6% di tahun 2015,” tambahnya.

Defisit neraca berjalan saat ini berada di tingkat terendah dalam 5 tahun terakhir, yaitu 0.8% dari PDB pada kuartal keempat 2016, karena ekspor manufaktur menguat. Untuk tahun 2016 secara keseluruhan, defisit neraca berjalan berkurang dari 1,8% dari 2.0% pada tahun 2015.

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB riil naik menjadi 5,2% di tahun 2017, dan mencapai 5,3% pada 2018. Konsumsi rumahtangga diproyeksikan semakin baik dengan adanya Rupiah yang stabil, upah riil lebih tinggi dan terus menurunnya angka pengangguran. Pertumbuhan investasi swasta diproyeksikan naik seiring pulihnya harga-harga komoditas, serta dampak kemudahan moneter pada tahun 2016 dan mulai berdampaknya reformasi ekonomi belakangan ini. Harga komoditas yang lebih tinggi juga akan mengurangi hambatan fiskal dan mengangkat belanja pemerintah, sementara pertumbuhan global yang lebih kuat akan mendorong ekspor.

“Inflasi diperkirakan naik sementara dari 3,5% pada tahun 2016 menjadi 4,3% pada tahun 2017 akibat naiknya tarif listrik dan pajak kendaraan,” jelasnya.

Menurut data Organization for Economic Cooperation and Development, Indonesia termasuk negara dengan hambatan terbanyak untuk perdagangan jasa. Hambatan perdagangan untuk jasa mengurangi mutu sebuah layanan juga menghambat produktivitas sektor-sektor ekonomi lain. Menghilangkan hambatan tersebut akan membawa manfaat ekonomi yang luas.

(Reporter: Nelson Nafis)

Artikel ini ditulis oleh:

Nelson Nafis
Eka