Peneliti CSIS, Pieter Pandie, berpendapat, perkembangan konflik Israel-Iran yang terjadi saat ini masih terlalu dini untuk bisa diperkirakan kondisi akhirnya.
Pieter menilai, kondisi gencatan senjata pada konflik Israel-Iran saat ini masih berpotensi diabaikan oleh kedua belah pihak.
“Jadi, masih sulit untuk memperkirakan konflik ini akan berakhir,” ujarnya.
Konflik Israel-Iran, menurut Pieter, merupakan salah satu ujian bagi sejumlah institusi dunia, seperti Dewan Keamanan PBB, dalam menjalankan perannya.
Diakui Pieter, upaya diplomasi masih memungkinkan ditempuh untuk mengatasi konflik, bila negara-negara di dunia mengedepankan komitmennya untuk mewujudkan perdamaian dunia.
Namun, ujar Pieter, cenderung lemahnya peran lembaga dunia untuk mewujudkan perdamaian, mendorong sejumlah negara untuk memiliki senjata nuklir, sebagai bagian upaya meningkatkan nilai tawar dalam melindungi negara mereka masing-masing. Kondisi tersebut, ujar dia, justru meningkatkan ancaman bagi perdamaian dunia.
Dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Broto Wardoyo, berpendapat, catatan dari sejumlah konflik yang terjadi di Timur Tengah biasanya direspons dengan segera oleh masyarakat Indonesia.
Seperti, tambah Broto, pada perang Israel-Palestina yang menghancurkan Gaza, yang disikapi dengan sejumlah gerakan kemanusiaan di tanah air.
Dalam konteks konflik di Israel-Iran, Broto menilai, dibutuhkan transparansi dan kepercayaan dari sejumlah pihak untuk memberi solusi dalam upaya mengatasi konflik tersebut.
“Indonesia sebagai sebuah negara memiliki mekanisme untuk membangun kepercayaan itu. Di tengah keterbatasannya, Indonesia memiliki banyak teman sehingga banyak peluang untuk membangun kepercayaan,” ujar Broto.
Selain itu, tambah dia, transparansi terhadap sejumlah isu yang dipermasalahkan pihak-pihak yang berkonflik harus mampu diwujudkan, agar menumbuhkan kepercayaan dalam proses mengatasi konflik dengan solusi yang tepat.
Pada kesempatan itu, wartawan senior, Saur Hutabarat, berpendapat, konflik Israel-Iran memperlihatkan kepada dunia betapa pentingnya sebuah negara mengembangkan nuklir.
“Tidak untuk dipergunakan. Untuk gagah-gagahan, agar tidak diganggu negara lain,” pungkas Saur.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano
















