Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat. Aktual/DOK MPR RI

Jakarta, aktual.com – Amanah konstitusi UUD 1945 untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta ikut mewujudkan perdamaian dunia harus mampu direalisasikan dalam menyikapi konflik yang terjadi antarnegara di dunia.

“Dalam menyikapi sejumlah konflik yang terjadi saat ini, konstitusi kita telah mengamanatkan agar pemerintah Indonesia harus melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, dalam sambutan tertulisnya pada diskusi daring bertema “Senjata Nuklir atau Pergantian Rezim? Perkembangan Perang Israel-Iran” yang diselenggarakan Forum Diskusi Denpasar 12 pada Rabu (25/6).

Diskusi ini dimoderatori oleh Luthfi Assyaukanie, Ph.D., Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR, dan menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Dian Wirengjurit (Duta Besar RI untuk Iran 2012–2016), Jaleswary Pramodhawardani (Pengamat Militer), dan Pieter Pandie (Peneliti CSIS). Hadir pula sebagai penanggap, Broto Wardoyo, Ph.D., Dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia.

Menurut Lestari, UUD 1945 juga menekankan bahwa sebagai bagian dari tujuan bernegara Indonesia harus ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Rerie−sapaan akrab Lestari−berpendapat, situasi geopolitik dalam beberapa bulan terakhir berdampak signifikan pada berbagai bidang kehidupan.

Dampak tersebut, ujar Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI, secara langsung maupun tidak langsung juga berdampak pada sejumlah sektor seperti ekonomi dan politik di Indonesia.

Karena itu, Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, berharap, para pemangku kebijakan di Indonesia dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menyikapi sejumlah konflik di dunia, dengan tetap mengedepankan upaya untuk mewujudkan perdamaian dunia.

Pengamat Militer, Jaleswary Pramodhawardani, berpendapat, serangan Israel ke Iran pada 13 Juni 2025 lalu bukan insiden biasa.

Peristiwa itu, jelas Jaleswary, menggeser dinamika kawasan global secara fundamental dengan terlibatnya Amerika dalam konflik Israel-Iran.

Dia mengungkapkan, respons dunia terhadap campur tangan Amerika Serikat dalam konflik tersebut sangat beragam.

Menurut Jaleswary, dalam waktu dekat, eskalasi konflik di kawasan itu akan berdampak pada ekonomi global dalam bentuk disrupsi pada perdagangan minyak dunia.

“Indonesia harus mampu menyiapkan langkah strategis untuk merespons dampak disrupsi ekonomi tersebut,” ujarnya.

Jaleswary menilai, berdasarkan dinamika yang terjadi, konflik Israel-Iran diperkirakan akan mengarah pada meluasnya perang di kawasan.

Dia mendorong adanya upaya dialog dan deeskalasi konflik tersebut melalui berbagai saluran diplomatik, baik multilateral dan bilateral.

“Segera desain strategi cepat jangka pendek untuk merespons dampak negatif konflik Iran-Israel,” tegas Jaleswary.

Duta Besar RI untuk Iran Periode 2012-2016, Dian Wirengjurit, berpendapat, yang memulai konflik antara Israel dan Iran, sejatinya adalah Israel.

Menurut Dian, serangan Israel ke Iran pada 13 Juni 2025 lalu terjadi di tengah perundingan terkait pembatasan persenjataan nuklir yang sedang berlangsung antara Iran dan Amerika Serikat sejak 10 Juni 2025.

Dian menilai, Israel dan Amerika dalam konteks konflik ini adalah dua negara yang tidak bisa dipercaya.

Menurut Dian, Israel tidak mampu melakukan perang jangka panjang sehingga perlu meminta bantuan Amerika Serikat. Daya tahan energi Israel, ujar Dian, hanya mampu berperang untuk 29 hari saja saat ini.

Dian berpendapat, upaya Indonesia untuk menjadi penengah pada konflik tersebut akan sia-sia, karena Israel mensyaratkan agar Indonesia mengakui Israel sebagai negara, bila ingin menjadi penengah.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano