Amir menjelaskan pula bahwa tiga spesies kodok wayang yang baru diidentifikasi ditemukan di hutan dataran tinggi Sumatera, yakni Sigalegalephrynus gayoluesensis di Gayo Lues, Aceh; Sigalegalephrynus burnitelongensis di Gunung Burni Telong, Aceh; dan Sigalegalephrynus harveyi di Gunung Dempo, Sumatera Selatan.

Genus Sigalegalephrynus memiliki lebih banyak spesies endemik dibandingkan genus kodok lainnya di Indonesia.

Selain katak dan kodok, peneliti LIPI mendeskripsikan spesies burung baru bernama Myzomela prawiradilagae, burung endemik di Indonesia yang ditemukan di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur.

“Hasil penelitian ini merupakan salah satu contoh kolaborasi dengan berbagai pihak. Penelitian terhadap burung di Indonesia timur ini adalah hasil kerja sama Museum Zoologicum Bogoriense LIPI dan Museum Lee Kong Chian Natural History Museum di Singapura,” kata peneliti bidang ornitologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Mohamad Irham.

Secara fisik, Myzomela prawiradilagae memiliki kemiripan warna dengan Myzomela dammermani dari Sumba dan Myzomela vulnerata dari Timor. Burung itu memiliki bagian warna merah dari kepala hingga sedikit ke leher.

Penamaan burung jenis baru dari Pulau Alor merupakan bentuk penghargaan kepada peneliti senior bidang ornitologi LIPI Dewi Prawiradilaga atas kontribusi besarnya untuk pengembangan penelitian ekologi dan konservasi burung Indonesia.

Meskipun burung pemakan madu alias nektorivora tersebut secara filogenetik berkerabat dekat dengan Myzomela kuehni dari Pulau Wetar, Maluku, namun karakter morfologi, bioakustik, dan ekologinya berbeda nyata.

Hasil penelitian mengenai burung jenis baru itu telah dipublikasikan di Journal of Ornithology pada 24 September 2019.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin