Jakarta, Aktual.com – Kebijakan pencabutan subsidi listrik 900 VA oleh pemerintahan Jokowi-JK telah memukul perekonomian masyarakat kelas menengah bawah. Hal inilah yang dialami oleh Ali Bastoni (31) warga Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Riau.
Biasanya tutur Ali, dia melakukan pembayaran listrik hanya sebesar Rp98.000. Namun dengan pencabutan subsidi ini, tagihan listriknya membengkak menjadi Rp276.000 per bulan.
Beriringan dengan itu tambah Ali, kenaikan tarif listrik menjadi pemicu kenaikan biaya hidup lainnya termasuk melonjaknya harga sembako. Saat bersamaan pendapatannya sebagai karyawan swasta tidak mengalami peningkatan.
“Biasanya cuma bayar Rp98.000, sekarang Rp276 ribuan. Jadi semenjak kenaikan listrik ini, akhirnya post anggaran Rumah Tangga menjadi semakin memberatkan,” katanya kepada Aktual.com, Jumat (26/5).
Warga melakukan isi ulang pulsa listrik di salah satu perumahan, Jakarta, Senin (30/11). Tarif listrik pelanggan rumah tangga berdaya 1.300 VA dan 2.200 VA pada Desember 2015 akan mengalami kenaikan sebesar 11,6 persen dibandingkan November 2015 menyusul pemberlakuan mekanisme penyesuaian tarif kedua golongan tersebut oleh PLN. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww/15.
Dengan tegas dia menolak kenaikan periode ke 4 pada bulan Juli nanti. Dia meminta pemerintah memperhatikan kemampuan daya beli masyarakat yang kian hari semakin ter tertekan.
Di lain hal, dia melihat penyediaan energi listrik bagi rakyat telah menjadi ajang eksploitasi terhadap rakyat. Sektor ini dijadikan sarana bisnis yang menggiurkan sekaligus mengabaikan hak dasar bagi rakyat untuk mendapat energi yang murah.
“Seandainya saja PLN segera kembangkan Teknologi Nikola Tesla, tentu sangat menguntungkan bagi rakyat. Saya curiga PLN tidak mengembangķan teknologi ini karena tentu bisa hilang muatan bisnis di Industri Listrik ini,” pungkasnya.
(Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka