Lobi Tingkat Tinggi

Bagaimana hasil lobi-lobi tingkat tinggi itu? Secara prinsip, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan sepakat dengan usulan PLN untuk menekan harga bahan bakar pembangkit listrik. Dia juga mendorong PLN terus meningkatkan efisiensi. Dengan begitu bisa dihasilkan tarif listrik yang bisa lebih dijangkau masyarakat.

Tapi, keterangan tertulis yang diterima awak melalui Staf Khusus Menteri ESDM, Hadi M Djuraid, tidak seindah itu bunyinya. Di situ antara lain disebutkan tarif listrik yang makin terjangkau masyarakat harus menjadi kepedulian semua pihak. Namun untuk mewujudkannya harus tetap memperhatikan kelangsungan usaha dalam bentuk harga energi primer yang fair dan mendukung sustainabilitas industri terkait.

Kalimat-kalimat yang digunakan memang tidak jelas ‘jenis kelaminnya’. Tapi, dengan membaca sekilas, bisa diketahui arahnya. Simak kalimat terakhir yang berbunyi “…mendukung sustainabilitas industri terkait.” Paham maksud saya, kan?

Pertanyaannya kemudian, apakah kalimat-kalimat tersebut mengisyaratkan bahwa PLN benar-benar harus berjibaku sendirian? Jawabnya bisa ya, bisa juga tidak. Tapi coba simak poin terakhir dari lima butir keterangan tertulis itu. Bunyinya begini, “Harga energi primer untuk pembangkit listrik adalah salah satu komponen penentu tarif listrik. Masih ada sejumlah komponen penentu tarif lainnya yang bisa diefisienkan oleh PT PLN untuk menghasilkan biaya produksi yang makin kompetitif dan tarif listrik yang makin terjangkau oleh masyarakat luas.”

Dalam logika awam, poin ke lima itu seolah-olah bermakna, sudahlah PLN tidak usah ngotot mengutak-atik minta harga khusus untuk batubara DMO. Kalian kan bisa menekan biaya dengan meningkatkan efisiensi di lini lainnya. Begitulah…

Efisiensi memang jadi harga mati yang harus dilakukan PLN. Tentu saja, sebagai nakhoda, Sofyan yang mantan bankir senior paham betul. Langkah itu, selain meningkatkan revenue, pula yang dia genjot ketika ditugaskan memimpin PLN. Beberapa langkah efisiensi itu antara lain dengan berupaya menurunkan harga Power Purchase Agreement (PPA) dari pembangkit swasta. Ini memang bukan mudah, tapi bukan berarti mustahil. Negosiasi berlangsung alot dan melelahkan. Hasilnya, sudah ada beberapa yang setuju.

Menekan harga pembelian listrik swasta memang jadi hal krusial bagi PLN. Bayangkan, tiap penurunan US$ cents 1/KwH bakal menghemat fulus PLN hingga Rp1 triliun/1.000 KwH. Padahal, swasta dapat jatah membangun 25.000 MW dalam program listrik 35.000 MW sampai 2019. Artinya, PLN bakal bisa menekan biaya dari sini hingga Rp25 triliun/tahun.

Artikel ini ditulis oleh: