“Jadi mereka punya “unlimited demand” terhadap surat-surat berharga di AS. Itu yang ia gunakan sebagai kekuatan, sebagai negara nomor satu di dunia,” ujarnya.
Selain perang dagang, pemerintah AS menerapkan tiga strategi lainnya. Yang pertama adalah dengan menurunkan tarif pajak agar investasi di AS lebih menjadi lebih menarik bagi investor.
“Kedua, AS menutup kedatangan tenaga kerja yang “low skill” atau imigran. Tapi ia kamuflase itu dengan imigran, supaya tenaga kerja di AS itu lebih banyak dipakai oleh industrialis AS,” ujar Halim.
Sedangkan strategi yang ketiga yaitu pemerintah AS berusaha untuk menjadi unggul di kemudian hari dengan pembatasan ekspor teknologi canggih.
Halim menuturkan, karena AS mengubah kebijakan ekonominya dan juga mengubah strateginya berhadapan dengan negara lain, mengakibatkan persepsi masyarakat internasional terhadap risiko yang dihadapi mereka baik didalam AS maupun di negara lain termasuk negara berkembang, menjadi berubah.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid