Jakarta, Aktual.com – Sekretaris Masjid Luar Batang, Daeng Mansur menyatakan, Kampung Luar Batang bukanlah sebuah daerah pemukiman yang baru terbentuk.
“Kampung kita (Luar Batang) ini bukan kampung kemaren sore,” ucapnya kepada Aktual.com, Penjaringan, Jakarta Utara, Minggu (27/3).
Pasalnya, lanjut Mansur, Kampung Luar Batang sarat akan nilai sejarah. Yang mana, kampung tersebut telah ada sebelum 1631 M, “Artinya, kampung ini cukup tua,” tuturnya.
Mansur meyakini, Kampung Luar Batang lahir karena adanya pelabuhan terkenal saat itu, Sunda Kelapa, yang kala itu banyak dipenuhi oleh para saudagar asing.
“Otomatis, secara akal sehat sebuah pelabuhan butuh penduduk untuk aktivitas bongkar muat dan sebagainyia, penduduk itu pada akhirnya tinggal di kampung Luar Batang,” jelasnya.
Oleh sebab itu, lanjut Mansur, Kampung Luar Batang merupakan Kampung bersejarah yang seharusnya dilesatrikan oleh pemerintah, bukan justru dikorbankan untuk menyelematkan daerah elit Jakarta Utara dari banjir.
“Sebagai sebuah kampung sejarah, itu kan punya nilai sejarah yang tinggi, beda dengan Pluit dan Pantai Mutiara, itu kampung buatan,” tandasnya.
Pasalnya, kawasan Pluit menurut Mansur, merupakan daerah resapan air. Lantaran hari ini telah menjadi kawasan elit, volume air yang besar tak lagi dapat ditampung, jadilah banjir.
“Jadi kalau revitalisasi wilayah, yang fair dong. Ini kan jelas kawasan kota sejarah, bukan RTH (Ruang Terbuka Hijau). Pluit itu yang daerah resapan air,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh: