Bahwa benar apa yang dikatakan oleh Satrawan Modern Pramudya Ananta Toer, bahwa menulis adalah untuk mencapai keabadian, karena tanpa tulisan tiada diketahui akan sejarah bangsa ini dan bangsa bangsa lain di dunia, dengan tiada tulisan maka akan hilang jejak nya dari sejarah. Bahwa kita harus bersyukur Leluhur kita, nenek moyang kita adalah para kampiun sastrawan pujangga kelas dunia, yang bisa dikutip dari karya karyanya, yang oleh para pendiri bangsa harus diakui punya semangat dan wawasan kebangsaan dan rasa kemanusiaan yang selalu memanusiakan manusia, jauh melampaui jaman nya hingga menjangkau ratusan tahun kedepan, telah mengadopsi karya luhur nenek moyang dalam dasar negara Pancasila, Kontitusi trrtulis negara yaitu UUD 1945 dan lambang negara Garuda Pancasila, Bhineka Tunggal Ika.
Fenomena terkini dunia seakan dalam genggaman dimana batas negara antara yang satu dengan yang lain seakan sangat Absurd (Kabur) karena adanya kemajuan Tekhnologi Informasi yang begitu pesat, yang setiap manusia apapun Bangsa, Ras, Agama, dan strata sosial bisa mengakses informasi dan begitu cepat nya informasi segala kejadian di belahan bumi manapun, hal ini tidak bisa kita bayangkan sebelum nya pada masa medio tahun 1950 an, hingga 1970, an dimana media sebagai alat informasi hanya lewat radio dan media cetak, yang sangat terbatas serta terlambat memberikan informasi kepada masyarakat. Segala kemajuan Tekhnologi tentu ada ekses yang ditimbulkan khususnya kepada generasi muda Bangsa, yang telah dengan mudahnya meniru budaya asing yang dianggap lebih simpel dan modis, yang berakibat Generasi milenial telah kehilangan jati diri dan sangat minim memahami sejarah dan warisan leluhur bangsa ini, yang dahulu dibelahan dunia belum mengalami kemajuan budaya dan disini di Jawa khususnya dan Nusantara pada umumnya telah mengalami kemajuan peradaban sebuah bangsa yang besar.
Dalam auto biografinya Bung Karno presiden pertama Republik Indonesia yang juga proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, dalam buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat” pada halaman 20 menulis :
“Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang dikerjakan hanyalah menggali jauh kedalam bumi kami, tradisi tradisi kami sendiri, dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah”
Dalam kitab Kakawin Nagara Kertagama, yang berbahasa Jawa kuno ditemukan pertama kali di pulau lombok oleh peneliti Belanda pada tahun 1894 masehi, kitab tersebut ditulis oleh Mpu Prapantja, dimana oleh UNESCO diakui bahwa “Nagara Kertagama memberikan kesaksian pemerintahan seorang Raja pada abad ke empat belas masehi di Indonesia, dimana ide ide modern keadilan sosial, kebebasan beragama, keamanan pribadi, dan kesejahteraan rakyat sangat dijunjung tinggi”
Bahwa Naskah Kakawin Nagara Kertagama telah diakui oleh kalangan Internasional, dan secara resmi masuk dalam daftar Memory of the World UNESCO.
Perjalanan sejarah Bangsa Indonesia yang dulu disebut Nusantara, berjalan begitu runtut dari abad keabad. Sebelum manusia penjelajah Eropa menemukan benua Amerika dan benua lain, pada milenial abad 0 sampai abad pertama sebenarnya nenek moyang bangsa ini sudah mengarungi samudera, dengan kapal kapal penjelajah dari kayu jati, hingga Taiwan, Afrika Timur, Selandia Baru, dan Madagaskar. Jauh sebelum Imperium Majapahit maupun Sriwijaya, dan Mataram Hindu ada, sudah melakukan penjelajahan untuk berhubungan niaga dengan manusia di seberang lautan samudera. Bangsa yang mendiami kepulauan Nusantara adalah bangsa yang silih berganti datang dan melakukan hubungan. Pada awalnya bangsa Nusantara ini mendapat gelombang imigrasi dari Yunnan ,China bagian selatan (Teory Open Heymar, mencair nya es, tenggelamnya Benua Sunda/Sunda land), bangsa yang datang dari Yunnan ini kemudian berakulturasi dan saling bertukar budaya dengan penduduk lokal yang lama mendiami Nusantara. Sejarah bangsa ini semakin berkembang cepat setelah mereka belajar sistem tulisan dari bangsa India yang menyebut dirinya bangsa Bharata, karena letak India disebelah barat Nusantara. Hal ini berakibat adanya tulisan tulisan dari peninggalan leluhur bangsa kita, berupa temuan temuan prasasti dari masa kerajaan Kutai, Taruma Negara di Jawa Barat, Sriwijaya di Jambi dan Palembang, serta kerajaan Medang atau Mataram Hindu dengan relief candi Borobudur nya, dan Kalingga Jepara dengan kitab hukum nya Kalingga dharma sastra yang mempengaruhi corak kerajaan di Sulawesi, dan Kalimantan, serta Philippines.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano














