“…that in the present world there is simply nothing that can offer itself as a republic”
“Bahwa di dunia sekarang ini tidak ada negara yang pantas disebut republik”
(Dr. Ian Dallas, The Entire City, 2015)
Republik. Ini bukan kosakata bahasa Indonesia. Tak dikenal dalam bahasa Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura, Makassar apalagi Papua. Tapi manusia nusantara banyak menggilainya. Bahkan ada yang rela mati demi-nya. Ironi.
Karena republik dari kata ‘res publica’. Ini melanglang jauh dari Plato. Lalu sempat didengungkan Cicero di masa Romawi. Kemudian dilambungkan lagi Jean Bodin di era abad pertengahan. Mereka bertiga yang pernah menyuarakan ‘republik’.
Res publica, urusan umum. Tentang tatamodel sistem pemerintahan. Kosakata ‘republik’ menjelma pada masa Romawi. Ini sebuah imperium tangguh. Dari masa pra Islam sampai setelah Islam. Masa kebesaran Eropa yang berada pada Romawi. Allah Subhanahuwataala pun meletakkannya tak biasa. Dialah imperium satu-satunya yang ada disebut dalam Al Quran: ARRUM. Bukti Romawi tak bisa sekedar dilupakan.
Romawi memiliki fase panjang. Dari sungai Tiberias, awalnya berdiri, sampai tatkala Konstantinopel ditaklukkan Utsmaniyah, 1453. Itulah sekuel melebar tentang Romawi. Imperium itu pernah mengalami masa republik, kekaisaran sampai Monarkhi. Romawi pun berkali berganti mitos. Dari pagan, lalu menjadi Nasrani, pasca Konstantin menjadi Kaisar di Konstantinopel. Tapi dari sinilah model tatapemerintahan era kini ditiru.
Masa Romawi itulah republik sempat menyala-nyala. Tapi tak semua era Romawi, republik membahana. Ada masa tatkala Romawi menjadi republik abal-abal. Melekatkan namanya pada republik, tapi sudah bukan merunut teorinya. Inilah fase yang kini juga berlangsung. Banyak state (negara) melabelkan dirinya pada republik, padahal bukan. Karena berbeda dari pondasi awal republik diciptakan.
Karena republik bukan sekedar bahasa undang-undang. Tatkala konstitusi meletakkan, tak seolah republik sudah dianggap sah. Walau tanpa makna. Karena republik itu sebutan, tatamodel pemerintahan yang ideal. Bukan sekedar sah diletakkan dalam konstitusi, lantas dinamakan ‘republik’.
Persis tatkala Romawi dikendalikan Octavianus (Augustus). Fase pasca Julius Caesar disingkirkan. Fase itulah Romawi hanya melekatkan republik, tanpa lagi praktek secara benar. Fase inilah yang berlangsung kini. Jamak State menyematkan kata republik sebagai tatamodel pemerintahan, padahal bukan. Karena prakteknya jauh dari Republik yang dikonsepkan.
Lanjut halaman berikutnya…