Jakarta, Aktual.com — Saudaraku, bejana yang penuh tak bisa diisi kembali. Perut yang terus-terusan penuh jadi lumbung penyakit. Hati yang mengejuju jenuh, jadi sumber depresi. Organ yang tunak bergerak, jadi mudah lapuk.
Manusia memerlukan jeda pengosongan, penyegaran, pengasoan. Wahananya bernama puasa. Vital sebagai penjaga kesehatan hidup. Bahkan Tuhan pun mengajak seluruh manusia melakukannya; menghargainya sebagai kado istimewa buat-Nya.
Maksud puasa mengurangi kepenuhan perut, janganlah diisi nafsu konsumsi. Maksud puasa melepas tekanan hati, janganlah diwarnai percekcokan duniawi. Maksud puasa mengistirahatkan organ tubuh, janganlah ditambah beban pencernaan.
Pengurangan konsumsi bisa menurunkan kolestoral jahat dalam tubuh; berbagi gizi-kenikmatan pada sesama.
Pengosongan perut bisa mengistirahatkan pencernaan; memberi efek detoksifikasi dan peremajaan sel-sel otak.
Pelepasan tekanan hati, lewat zikir dan aneka ibadah, membebaskan jiwa dan penjara rutinitas masalah.
Dengan mengendalikan diri dari gravitasi syahwat bumi, roh manusia bisa mikraj ke langit tertinggi.
Dengan melesat ke langit suci, mental manusia terbang dari kesadaran personal menuju transpersonal; dari kesadaran keseharian, menuju kedadaran terluhur.
Dari ketinggian penglihatan mata burung, kehidupan tampak sebagai pola interkoneksi yang menautkan segala sisi kehidupan.
Horison penglihatan meluas dari pernik-pernik eksistensi sehari-sehari menuju eksistensi kosmik yang tak terhingga.
Dalam keluasan kesadaran kosmis, manusia menyadari betapa kesatuan tak bisa dipisahkan dari keragaman. Satu dalam semua, semua dalam satu.
Dengan kesadaran transpersonal, timbul kehendak untuk membuka diri penuh cinta untuk yang lain. Ketabahan untuk menghadapi cobaan dan ketidakpastian. Kesanggupan berdamai dengan misteri kehidupan.
Riset membuktikan, orang-orang yang melakukan puasa, zikir dan meditasi secara teratur pada saatnya akan lebih sadar, kurang stress, lebih positif dan lebih sehat.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan