Kewajiban pertama seorang pemimpin adalah mawas diri. Konfusius berkata, ”Apa yg kuharap dari anakku, sudahkah kuberikan teladan baginya? Apa yg kuharap dari rakyatku, sudahkah kupenuhi harapan mereka?”
Senada dgn itu, Sayyidina Ali berpesan pd Malik al-Asytar, walinya di Mesir, ”Barangsiapa diangkat atau mengangkat dirinya sbg pemimpin, hendaklah ia mulai mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari org lain. Dan hendaknya ia mendidik dirinya dgn cara memperbaiki tingkah lakukanya sebelum mendidik org lain dgn ucapan lidahnya. Org yg menjadi pendidik dirinya sendiri lebih patut dihormati daripada yg mengajari org lain.”
Orang yg sadar dirinya akan memahami Tuhannya. Org yg memahami Tuhannya akan merefleksikan kerendahhatian dlm ketakterhinggan kasih-Nya: semakin besar bukan kian bahaya bagi yg lain, malahan memberi ruang hidup bagi sgala keragaman yg ada. Spt keluasan langit yg mampu memberi ruang bg matahari, bulan, bintang, dan planet lainnya. Spt ketinggian gunung yg bisa memberi ruang tumbuh bg aneka pepohonan.
Org yg memahami Tuhannya juga akan menyadari keterbatasan dirinya. Adapun org yg memahami keterbatasannya akan giat belajar dan menghargai kehadiran yg lain dlm rangka menggosok batu permata dirinya. Bahwa manusia senantiasa dlm proses menjadi dgn memandang setiap momen sbg kebaruan yg harus diisi dgn belajar dan bekerja utk menyempurnakan diri.
Konfusius mengatakan, tujuan hidup manusia adlah belajar dan terus belajar utk menjadi “manusia seumur hidup”. Caranya? Jika pisau diasah dgn batu, maka manusia hrs diasah oleh sesama manusia. Berkata pula Imam Syafi’i, ”Berangkatlah, niscaya engkau mendapatkan ganti utk semua yg engkau tinggalkan. Bersusah-payahlah, sebab kenikmatan hidup hanya ada dlm kerja keras.” Lao Tzu menambahkan, perjalanan ribuan kilometer dimulai dgn langkah pertama.
Lewat kearifan Timur, manusia disadarkan bahwa jalan keimanan, jalan kemanusiaan, jalan kepemimpinan dan jalan produktivitas dimulai dr upaya pengenalan dan penempaan diri sendiri. Utk mengenali kedirian sejati, org hrs mampu menembus selubung ego dan penampakkan lahiriyah menuju penemuan substansi di ulu kesadaran terluhur.
Yudi Latif
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin