Jakarta, aktual.com – Perjuangan Luther Ayello dan Yustus Ayei yang merupakan utusan masyarakat suku kawei untuk mendatangi sejumlah kantor kementerian di Jakarta selama dua hari ini, untuk mempertanyakan pencabutan izin perusahaan pertambangan nikel PT Kawei Sejahtera Mining (KSM) di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya akhirnya berakhir pada Jumat (12/12).
Agenda untuk bertemu pejabat berwenang yang dimulai semenjak Kamis (11/12) yang dimulai dari Kementerian dalam negeri (Kemendagri), akhirnya berakhir di Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) di Jl. HR Rasuna Said Jakarta.
Luther Ayello dan Yustus Ayei, selaku pemilik hak ulayat di Pulau Kawei, Raja Ampat, Papua tempat operasional PT KSM mengaku memiliki tanggung jawab besar atas nasib 400 pekerja tambang yang untuk sementara kini dirumahkan dan juga masa depan suku kawei.
“Walaupun belum ditemui oleh pejabat berwenang dari berbagai kementerian, setidaknya kami sudah berjuang atas nasib 400 pekerja tambang dan masa depan suku kawei. Kami tidak kecewa belum ditemui karena ini adalah bagian dari perjuangan,” ungkap Yustus Ayei saat ditemui di gedung Kementerian Lingkungan Hidup.
Ayei pun menambahkan dengan menyambangi Istana, Kemendagri, Kemenhan, Kemenpolhukam, ESDM, Komisi XII DPR RI, Kemenhan dan KLH, dirinya cukup puas karena telah memberikan berkas-berkas yang dibutuhkan pihak terkait tentang data pertambangan nikel di Pulau Kawei.
Yustus Ayei yang merupakan Ketua Marga dari Suku Kawei menyatakan setelah ini dirinya akan pulang ke Papua dan menceritakan apa adanya pertemuan dirinya ketika menyambangi berbagai kementerian.
“Besok saya akan pulang ke Papua dan merayakan hari natal disana. Tanggung jawab moril terhadap 400 pekerja tambang dan masa depan suku kawei sudah saya perjuangkan di Jakarta dan semoga ada tindak lanjutnya,” tandas Yustus.
Sementara itu, Luther Ayello yang merupakan perwakilan masyarakat adat dan turut mendampingi Yustus selama berada di Jakarta menyatakan bahwa pihaknya berharap mendapat respons positif dari pemerintah pusat.
“Dari kampung halaman kami di Papua sangat jauh menuju Jakarta. Kedatangan ini, semoga pemimpin kami di Jakarta bisa memikirkan nasib 400 pekerja tambang dan masa depan suku kawei, mengingat biaya kesini terkumpul atas aspirasi mereka,” papar Luther.
Seperti diketahui sebelumnya, PT KSM yang bergerak dibidang pertambangan nikel telah beroperasional selama kurang lebih 2,5 tahun. Namun sekitar 6 bulan lalu, izin tambangnya dicabut sehingga memaksa 400 pekerja tambangnya dirumahkan.
PT KSM yang 80 hingga 90 persen para pekerja tambangnya merupakan penduduk asli Papua, menjual hasil tambangnya ke wilayah Weda, Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano

















