Jakarta, Aktual.com – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mendorong produksi baja dalam negeri untuk menguasai pasar dunia.
Budi menyampaikan, lndonesia berada di posisi ketujuh untuk ekspor produk baja. Menurut dia, produksi baja dalam negeri perlu untuk digenjot agar bisa mengisi kekosongan pasar dalam dan luar negeri.
“Walaupun kita juga masih impor karena produksi kita di dalam negeri juga masih kurang, tapi kalau ada pasar besar untuk ekspor, ya kita tetap ekspor. Jadi kita ngobrol-ngobrol untuk meningkatkan produksi baja kita di dalam negeri,” ujar Budi di Jakarta, Rabu (15/1).
Berdasarkan catatan Kemendag, permintaan baja di pasar dunia baru selalu positif 9,13 persen dengan nilai sebesar 865 miliar dolar AS dalam lima tahun terakhir.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat pada 2023 total ekspor besi/baja Indonesia sebesar 10,9 juta metrik ton. China, Taiwan dan India merupakan yang terbesar dalam permintaan baja tersebut masing-masing 1,7 juta metrik ton, 1,4 juta metrik ton, dan 785 ribu metrik ton.
Sebaliknya, impor besi/baja Indonesia pada 2023 tercatat sebesar 13,8 juta metrik ton. China berada di urutan pertama sebagai negara yang memasok baja ke Indonesia dengan volume 3,7 juta metrik ton, disusul oleh Jepang sebesar 2,3 juta ton dan Korea Selatan 906 ribu ton.
“Jadi kalau kebutuhan dunia meningkat seperti itu ya memang harus kerja keras,” kata Budi.
Sebelumnya, Budi melepas ekspor produk baja welded beam produksi PT Gunung Raja Paksi sebesar 1.200 metrik ton atau senilai 1,5 juta dolar atau senilai 24,4 miliar AS ke Selandia Baru di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu.
Budi mengatakan peluang ekspor ini dapat terjadi lantaran Indonesia memanfaatkan kerja sama ekonomi Asean Australia New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) sehingga bea masuknya menjadi 0 persen.
“Kita ke New Zealand juga memanfaatkan ASEAN, Australia, New Zealand FTA Sehingga baja kita itu tidak dikenakan bea masuk atau bea masuk 0 persen sehingga memudahkan kita untuk bersaing dengan negara-negara lain,” ucapnya.
Budi menyampaikan, Selandia Baru memiliki banyak proyek pembangunan jembatan dan bandar udara. Oleh karenanya, hal ini bisa menjadi peluang besar untuk masuk ke pasar baja negara tersebut.
Lebih lanjut, Budi meminta para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan kualitas produk agar bisa masuk pasar ekspor dan mampu bersaing secara sehat dengan negara lain.
Artikel ini ditulis oleh:
Sandi Setyawan