Palembang, Aktual.com – Spektrum Bela Negara itu sangatlah luas, adapun upaya tersebut dapat dilakukan baik secara fisik dan Non Fisik dan dapat dilakukan oleh setiap warga negara, yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari hari sesuai dengan peran dan profesi masing masing.
Cinta Tanah Air dan kesadaran berbangsa dan bernegara bagian tak terpisahkan dari sifat dasar konsep Bela Negara, dalam rangkaian peringatan Hari Bela Negara yang jatuh pada hari ini, Minggu (19/12) yang kita peringati setiap tahunnya. IKAL Taplai angkatan I yang disupport oleh Kamsri dan TP Sriwidjaya bersama PUSKASS Batanghari Sembillan Institut menyelenggarkan Dialog Nasional Bela Negara, bertempat di Gedung Bimasena Club Darmawangsa Jakarta Selatan (18-12) menyoroti peristiwa Perang semesta 5 hari 5 malam yang terjadi pada 1-5 Januari 1947 di Palembang.
“Meneladani Jiwa Patriot Para Pejuang Pertempuran 5 hari 5 malam di Sumbagsel” ajang untuk mendalami semangat Bela Negara yang perlu terus kita gelorakan. Demikian kata Sdr Sarmantjik Ng Gajah sebagai peggagas dan orang dibalik layar terselenggaranya acara tersebut.
Acara dialog tersebut yang diadakan secara offline dan online dihadiri lebih dari 100 orang dari seluruh indonesia dan luar negeri. Peserta sangat antusias bahkan mendapat apresiasi dari tokoh tokoh Sumbagsel yang merekomendasikan agara peristiwa ini senantiasa diangkat terus tiap tahunnya agar semangat jiwa patriotisme bisa mengalir kepada generasi seterusnya.
Bahkan menjadi PR semua bagi warga Sumsel semua agar tokohnya bisa mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan Nasional. Hal Ini mengingat peristiwa pertempuranya yang tidak kalah heroik dan kalah dahsyat bahkan lebih mendebarkan dari pada perang sepuluh November di Surabaya yang berlangsung hanya 1 hari atau perang Bandung lautan Api yang kobaran apinya juga memenuhi Seluruh daerah daerah Sumbagsel pada saat itu.
Untuk melihat peristiwa ini bisa di lihat dalam buku pelaku sejarah yang di tulis Abi Hasan Said “Bumi Sriwijaya bersimbah darah”. Di akhir sesi acara dialog ini terdapat masukan masukan dari peserta untuk kajian berikutnya agar di peristiwa perang 5H5M ini juga dilihat dari perspektif Gender dan agar mengkaji juga peranan ulama islam pada saat itu dalam menjaga gelora semangat para pejuang.
Sebagai nara sumber yang hadir adalah bapak Jend TNI (purn) Agum Gumelar sebagai Keynote speaker menggantikan Puan Maharani yang berhalangan hadir, tokoh nasional Prof. Emil Salim selaku pelaku sejarah, dari akademisi DR. Nanda Julian dari Unnes, dari aktivis dan budayaan daerah Kemas AR. Pandji, dari pakar Bela negar Dr. Isroil dan Laksamana Muda (Purn) Prof. Dr. Setyo Harnowo.
Tidak lucu jika para pejabat Sumbagsel tidak mengerti dan tidak tahu tentang heroisme perang 5hari 5 malam ini tutur Dr. S Aminullah selaku sebagai ketua pelaksana acara.
(Ahmad Himawan)
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi

















