Jakarta, Aktual.com- Kaum Sufi merupakan suatu kaum yang selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan banyak berzikir dan bertaqarub dengan Allah SWT. Walaupun dengan banyaknya mereka berzikir bukan dalam arti mereka selalu menunda-nunda pekerjaan dan kewajiban.
Imam Sya’rani menceritakan betapa besarnya perhatian mereka terhadap waktu. Kaum sufi sangat disiplin dan tertib dalam memanfaatkan waktu. Sebagian ulama bahkan mengatakan bahwa kaum sufi adalah anak dari waktu tersebut.
Imam Sya’rani mengisahkan sebuah kisah yang sangat berharga yaitu kisah dari seorang Imam Syafi’I ketika bertemu dengan Kaum Sufi. Ketika ditanya, “Apa yang engkau dapatkan dari halaqah kaum sufi?” Imam Syafi’I menjawab sebagai berikut,
قال الإمام الشافعي رضي الله عنه: استفدت منهم شيئين: قولهم الوقت سيف إن لم تقطعه قطعك وقولهم إن لم تشغل نفسك بالخير شغلتك بالشر
“Aku dapat dua pelajaran dari mereka: pertama, ucapan mereka bahwa waktu itu bagaikan pedang. Jika tidak cakap menggunakannya, ia akan mencelakaimu; kedua, ucapan mereka bahwa jika tidak menyibukkan diri dengan kebaikan, maka kau akan terjatuh pada keburukan,”
Imam Abul Qosim al-Qusyairi dalam karyanya yang terkenal menceritakan tentang besarnya perhatian kaum sufi terhadap waktu. Ia mendengar Abu Ali Ad-Daqaq mengatkan, waktu itu adalah apa yang anda jalani saat ini. Jika kini dirimu sangat duniawi, maka waktumu adalah dunia. Jika kamu bersama akhirat, maka waktumu adalah akhirat. Jika kamu bahagia, maka waktumu adalah kebahagiaan. Tetapi jika kamu bersedih, maka waktumu adalah kesedihan.
Waktu yang dimaksud oleh Ad-Daqaq adalah kondisi dominan yang dilalui seseorang dalam hidupnya. Yang jelas, kaum sufi menaruh perhatian besar pada waktu.
Wawasan akan waktu dan keterbatasan manusia ini digunakan oleh kaum sufi dalam kaitannya dengan kehambaan mereka kepada Allah SWT. Oleh karenanya, mereka memilih kegiatan-kegiatan prioritas untuk mengisi waktunya.
Sepenggal waktu itu mereka isi dengan kebaikan, baik itu ibadah yang berkaitan dengan Allah SWT dan ibadah-ibadah yang berkaitan dengan sosial.
Itulah sepenggal kisah dari Imam Syafi’I tekait kaum Sufi.
Wallahu a’lam
(Rizky Zulkarnain)
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra