Jakarta, Aktual.com — Seperti biasanya, Muhammad Rosululloh SAW maju ke depan untuk mengimami shalat. Para sahabat pun berjajar dan mendirikan shaf di belakang beliau.
Namun ada yang yang tidak biasa terjadi dengan Rosululloh saat itu. Gerakan-gerakan shalat Rosululloh terlihat sangat berat. Seperti ada beban. Setiap pergantian dalam rukun-rukun shalat terdengar suara sayup seperti terjadi gesekan atau pergeseran sendi-sendi tulang beliau.
Suara gesekan sendi itu itu terus terdengar sayup dari rakaat ke rakaat.
Setelah selesai shalat jamaah itu… Sayyidina Umar ibn Khattab ra. memberanikan diri bertanya ke Rosululloh.
“Kami melihat Anda seperti menanggung penderitaan yang amat berat. Sakitkah Anda, ya Rosulullah?”
“Tidak, wahai Umar. Alhamdulillah, aku sehat….”
“Ya Rosululloh, mengapa setiap kali Anda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah sendi bergesekan di tubuh Anda? Kami yakin Anda sedang sakit…”
Sayyidina Umar dan beberapa sahabat sempat khawatir dengan kondisi Rosululloh saat itu.
Tak ingin sahabatnya terus khawatir, Rosululloh SAW menyingkapkan jubahnya sehingga perut beliau yang putih dan kempis terlihat.
Para sahabat terkejut. Ketika mendapati perut itu terbalut oleh sebuah kain. Mereka baru sadar ketika Rosululloh menjelaskan apa yang ada dibalik kain itu.
Ternyata Rosululloh membalut sejumlah batu kerikil untuk menahan lapar. Kerikil itu ditempatkan di lambung Rosululloh dan kemudian ditekan oleh balutan kain untuk mengurangi sakitnya rasa lapar.
Suara gesekan antarkerikil itulah yang membuat suara seperti gesekan sendi tubuh Rosululloh setiap kali beliau menggerakkan badannya.
Sebagaian sahabat sempat menitikkan air mata ketika melihat kondisi Rosulullloh saat itu.
Dengan menahan keharuan, Sayyidina Umar: “Ya Rosululloh, kalau Anda lapar dan tak punya sesuap untuk dimakan, Anda tinggal bilang. Kami akan mendatangkannya,” pinta Sayyidina Umar.
Namun, apa jawaban dari Rosululloh saat itu?
Dengan senyum dan kelembutannya beliau menjawab: “Tidak perlu sahabatku. Saya tahu, apa pun akan kalian korbankan demi saya. Namun, apa yang harus saya katakan dihadapan Allah SWT nanti apabila aku sebagai pemimpin menjadi beban umatnya? Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah dari Allah untukku agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih kelaparan di akhirat.”
———
Tidak ada yang tahu, apa yang terjadi di dalam hati para sahabat saat itu ketika mendengar jawaban Rosululloh tadi: “…biarlah kelaparan ini sebagai hadiah dari Allah untukku agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini”.
Yang jelas, hati para sahabat saat itu pasti bergetar menahan haru melihat kemuliaan Sang Kekasih Alloh SWT itu…
(Disadur dari beberapa sumber)
Faizal Rizki Arief