Jakarta, Aktual.com — Siapa yang tidak mengenal sosok wanita yang kerap dipanggil sebagai ibu Umat Islam diseluruh dunia ini, ia seorang putri dari Abu Bakar bin Quhafah, dia adalah Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar r.a.
Sebagai salah satu dari istri sosok yang paling mulia Rasulullah SAW, Aisyah ra adalah sosok wanita cantik, oleh karena itu ia dijuluki ‘Humaira’ dan satu-satunya perawan yang dinikahi Rasulullah SAW, yang sangat dicintai beliau melebihi istri-istri beliau yang lain.
“Mengapa beliau menjadi istri yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW, jika kita menilik dan mengamati kisah perjalanan rumah tangga beliau bersama Rasulullah SAW sampai wafatnya beliau maka kita pun akan dapat memahami alasan dibalik kecintaan Rasulullah SAW yang begitu besar kepadanya bahkan membuat kecintaan kita terhadap beliau semakin bertambah,” ucap Ustadzah Nurul Fadhilah Salim S.S.I kepada aktual.com, Sabtu (28/5).
Dari Aisyah cukup banyak lahir hadis-hadis dari Rasulullah SAW yang jarang diketahui oleh orang lain bahkan sahabat-sahabat terdekat beliau, hal tersebut dikarenakan kesetiaannya menemani dan melayani sang suami tercinta baik suka dan duka dalam mengarungi bahtera rumah tangga yang menjadikan rumah tangga mereka menjadi contoh terbaik bagi kehidupan rumah tangga umat seluruh dunia, dan itu semua dapat diketahui kisahnya melalui lisan dan riwayat Aisyah ra yang mana beliau adalah istri baginda Rasulullah SAW yang paling banyak menghabiskan waktu bersama beliau dibandingkan dengan istri-istri beliau yang lain.
Sebenarnya banyak sekali keutamaan yang dimiliki oleh Aisyah ra, sampai-sampai Rasulullah SAW pernah mengatakan dalam sabdanya, “Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia dari kalangan wanita hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri Fir’aun, dan keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan.” (HR. Bukhari (5/2067) dan Muslim (2431).
Salah satu kemuliaan dan keutamaan yang dimiliki oleh Aisyah ra seperti apa yang beliau pernah katakan,
“Aku telah diberi sembilan perkara yang tidak diberikan kepada seorang pun setelah Maryam. Jibril telah menunjukkan gambarku tatkala Rasulullah SAW diperintah untuk menikahiku, beliau menikahiku tatkala aku masih gadis dan tidaklah beliau menikahi seorang gadis kecuali diriku, beliau meninggal dunia sedang kepalanya berada dalam dekapanku serta beliau dikuburkan di rumahku, para malaikat menaungi rumahku, Al-Quran turun sedang aku dan beliau berada dalam satu selimut, aku adalah putri kekasih dan sahabat terdekatnnya, pembelaan kesucianku turun dari atas langit, aku dilahirkan dari dua orang tua yang baik, aku dijanjikan dengan ampunan dan rezeki yang mulia.” (Al-Hujjah Fi Bayan Mahajjah (2/398)
Suatu ketika Amr bin Al-Ash bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah”. “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. Beliau menjawab, “Bapaknya.” (HR. Bukhari (3662) dan Muslim (2384).
Dan Lewat kecerdasan dan ketajaman fikirannya Aisyah ra banyak meriwayatkan hadis sohih yang dapat menjawab banyak persoalan-persoalan hidup yang dialami umat islam.
“Beliau memiliki keunggulan dalam berbagai cabang ilmu di antaranya ilmu fiqih, kesehatan, dan syair Arab. Setidaknya sebanyak 1.210 hadis yang beliau riwayatkan telah disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim dan 174 hadis yang hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta 54 hadis yang hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim,” terang Ustadzah Nunu panggilan akrabnya.
Sehingga pembesar para sahabat kibar tatkala mereka mendapatkan permasalahan dan tidak bisa menemui Rasulullah SAW mereka datang dan merujuk kepada Aisyah ra, karena beliau diakui sebagai pembawa riwayat paling otentik bagi ajaran Islam seperti apa yang telah disunahkan oleh suaminya.
“Mengapa demikian, hal tersebut karena beliau di anugerahi ingatan yang sangat tajam, dan mampu mengingat segala pertanyaan yang diajukan para tamu wanita kepada Nabi, serta juga mengingat segenap jawaban yang diberikan oleh Nabi. Semua diingatnya secara sempurna semua yang disampaikan Nabi kepada para delegasi dan jemaah di masjid. Karena kamar Aisyah itu bersebelahan dengan masjid, dengan cermat dan tekun beliau mendengarkan dakwah, ta’lim, dan mudzakarah Nabi dengan para sahabat dan orang-orang lain,” terangnya.
Beliau terkadang juga ikut mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Nabi tentang soal-soal yang sulit dan rumit sehubungan dengan ajaran agama Islam. Hal-hal inilah yang menyebabkan beliau menjadi ilmuwan dan periwayat yang paling besar dan paling otentik bagi sunnah Nabi dan ajaran Islam.
Selain karena kecerdasannya Aisyah ra juga dikenal sebagai sosok yang sederhana, zuhud, wara’, dan sangat dermawan terlebih setelah wafatnya baginda Rasulullah SAW beliau dan para ummahatul mukminin yang lain mendapatkan perhatian dan tunjangan yang besar tiap bulannya, akan tetapi beliau jarang sekali menahan harta dan tunjangan itu untuk diri beliau sendiri untuk keesokan harinnya, karena semua yang ia dapatkan itu langsung diberikannya kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan.
Aisyah ra pada zamannya juga terkenal sebagai orator. Pengabdiannya kepada masyarakat, dan usahanya untuk mengembangkan pengetahuan orang tentang sunah dan fiqih, tidak ada tandingannya di dalam catatan sejarah Islam. Jika orang menemukan persoalan mengenai sunah dan fiqih yang sukar untuk dipecahkan, soal itu akhirnya dibawa kepada Aisyah, dan kata kata Aisyah menjadi keputusan terakhir. Kecuali Ali, Abdullah ibn Abbas dengan Abdullah ibn Umar, Aisyah juga termasuk kelompok intelektual di tahun-tahun pertama Islam.
“Tepatnya pada 17 Ramadhan tahun 58 Hijriyah (47 tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW ) Aisyah ra bersama dengan Khadijah ra dan Fathimah Az-Zahra ra dianggap sebagai wanita yang paling menonjol di kalangan wanita Islam, dan namanya akan tetap harum dan dikenang seluruh umat islam hingga akhir zaman, semoga kita semua diberikan oleh Allah SWT petunjuk untuk mencontoh mereka dalam keimanan dan ketaatan dalam kehidupan sehari-hari kita,” ucapnya mengakhiri pembicaraan.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka