Jakarta, Aktual.com – Syekh Yusri Rusdi dalam pengajian di Masjid Syekh Al Imam Ahmad Dardiry RA, Kairo, Mesir mengatakan bahwasannya kita sebagai umat islam wajib berakhlaqul karimah. Karena dengan begitu, setidaknya kita tengah mencari ilmu pengetahuan tentang perjalanan Nabi SAW.

Bagaimana tidak, karena beliau adalah sumber akhlaq-akhlaq yang mulia dan simbol agama sehingga tatkala seseorang menghina atau mencemooh beliau SAW berarti mencela agama, sebagaimana Allah SWT tegaskan dalam firman-Nya mengenai sikap buruk orang-orang yahudi atas Nabi SAW :

وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ

“Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama..(QS:An-Nisaa/4 ayat 46)

Ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum agama dan keluhuran budi pekerti tidak akan sampai kepada kita kecuali melalui baginda Nabi SAW , Allah SWT berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik bagimu..”(QS:Al Ahzaab/33 ayat 21)

Oleh sebab itu, kata Syekh Yusri agar kita dapat meneladaninya harus banyak membaca buku-buku sejarah perjalanan hidupnya secara dawam dan tidak merasa cukup dengan pengetahuan yang di dapat dari satu buku saja, tapi harus dari berbagai buku yang bermacam-macam yang dikarang oleh para ulama sesuai dengan tingkatan pemahamannya, dari mulai kitab Nurul Yakin karangan Imam Al Hudhari bagi pemula/anak-anak, kitab Sirah Nabi SAW karangan Syeikh Al Buthy, Kitab Sirah Ibnu Hisyam dan meningkat pada kitab-kitab yang berjilid-jilid seperti Sirah Halabiyah Imam Halabi dan Syamail Muhammadiyah karya Imam Turmudzi, hendaklah kamu membacanya setiap hari dan mengajarkannya kepada keluargamu secara bertahap.

Jangan sekali-kali merasa bahwa dirimu telah mengenal Nabi SAW hanya karena mengkhatamkan bererapa kitab saja. Karena Nabi SAW sambung Syekh Yusri, itu ibarat lautan yang sangat luas dimana dari setiap tepinya para ulama pendapatkan sudut pandang yang banyak dan melahirkan karya-karya lain yang menggambarkan keluhuran akhlaq Nabi SAW.

Apabila kitab-kitab diatas sudah selesai dibaca maka hendaklah kamu meneruskannya dengan membaca kitab Khasais Al Kubro karya Imam Suyuthi, kitab sirah Al Musthafa karya Al Qadhi ‘Iyadh dan kitab sirah lainnya.

Dengan cara tersebut kita dapat mengetahui dan meneladani bagaimana sikap beliau SAW kepada Allah SWT tatkala dalam keadaan senang, sedih dalam keadaan lapang maupun sempit . kita juga dapat mendapat pelajaran bagaimana Nabi SAW berinteraksi dengan lawan ataupun kawan, bermuamalah dengan orang yang lebih muda maupun lebih tua , bagaimana cara beliau memperlakukan istri-istri beliau dan para wanita secara umum serta banyak suri tauladan yang harus kita ketahui melalui pribadi Nabi SAW.

Dia merupakan Al Quran yang berjalan di muka bumi ini seperti yang dikemukakan Siti Aisyah RA dalam hadist sahih:

سُئِلَتْ عَائِشَةُ عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ.

“Siti Aisyah RA pernah ditanya tentang Akhlaq Rasulillah SAW dan berkata:”sungguh nyata bahwa akhlaqnya adalah Al Quran” (HR: Bukhori dan Muslim)

Dikatakan Syekh Yusri bahwa kita dengan membaca sejarah hidup Nabi SAW setiap hari tentu kehadiran beliau SAW akan engkau rasakan setiap hari dan berarti engkau melihat sosoknya, serta hidup bersamanya di alam nyata. Cara tersebut lebih ril daripada bertahun-tahun engkau berdoa kepada Allah SWT untuk menjumpai beliau di alam mimpi.

Sebab pembacaan secara mendalam pada buku-buku yang mengupas sejarah beliau setiap hari merupakan tahaqquq/ manifestasi dari himbauan Allah SWT dalam firman-Nya:

وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di tengah kehidupanmu ada Rasulullah..”(QS:Al Hujurat/49 ayat 7)

Nabi SAW adalah lautan yang sangat luas sehingga upaya mempelajari sepak terjang perjalanan hidupnya harus tetap engkau lakukan sepanjang hayatmu meskipun dengan cara demikian engkau hanya akan mendapatkan pemahaman yang sedikit saja dari pengetahuan tentang sosok Nabi SAW yang sesungguhnya.

Mengenai hal ini, imbuh SYekh Yusri mengutarakan bahwa sufi legendaris asal Mesir Imam Al Bushiri Asy-Syadzili Rahimahullah menyebutkan dalam Naskah Hamziyyah fi Madhi KHoir Al Bariyyah:

أنَّمَا مَثّلُوا صفَاتكَ للنّاس كَمَا مَثَّلَ النُّجومَ المَاءُ

“Mereka (para penulis kitab-kitab tentang sejarah dan sifat-sifat Nabi SAW) hanya sebatas menuliskan gambaran kepada orang-orang tentang sifat-sifat mu (wahai Nabi) laksana air yang mencerminkan bayangan bintang-bintang di langit”

Hal senada di ungkapakan oleh beliau (Imam Al Bushiri Asy-Syadzili) dalam qasidah Al Burdahnya yang termasyhur:

وكيفَ يُدْرِكُ في الدُّنْيَا حَقِيقَتَهُ قومٌ نيامٌ تسلَّوا عنهُ بالحُلُمِ

“Bagaimana suatu Kaum dapat mengetahui Hakikat Nabi SAW di Dunia Ini? Sedangkan Mereka sudah merasa Lega dengan sekedar menjumpainya dalam sekilas Mimpi”. (Deden Sajidin)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid