Keempat, dengan memasang aplikasi tertentu pada smartphone target sehingga dapat dipantau dan dikendalikan dari perangkat lain untuk mendapatkan berbagai informasi atau data yang dibutuhkan.
Pakar IT Abimanyu Wachjoehidajat dalam acara dialog di I-News TV mengatakan, untuk kasus ‘chatting’ antara FH dengan HRS ini ditemukan banyak kejanggalan. Di antaranya, dikatakan bahwa ini adalah kerjaan hacker. Kalau ini adalah kerjaan hacker maka posisi hacker tersebut bisa megakses dan mengendalikan gadget salah satu pihak. Dalam hal ini gadget milik FH melakukan chatting dengan lawan chatnya. Lalu suara yang ada bukan merupakan percakapan antara pemilik whatsApp dengan HRS tapi semacam suara curhat pemilik whatsApp kepada seseorang yang disebut Kak Emma.
Ukuran gambar dalam chatting juga dipertanyakan. Dalam chatting whatsApp tampilan gambar dalam bentuk thumbnail, gambar dalam bingkai kotak yang agak kecil. Akhirnya Abimanyu menyimpulkan, kemungkinannya ada dua, chat itu rekayasa atau penggandaan dari data whatsApp pemilik gadget, bukan pekerjaan hacker.
Untuk Keseimbangan Politik?
Dari penelusuran di atas, kemudian dikaitkan dengan beberapa pemberitaan seperti, bantahan Emma (Fatimah Husein Asegaf MA) terhadap berita Detik.com soal dirinya yang disebut polisi mengakui bahwa salah satu orang yang bercakap di chat audio tersebut adalah dirinya. Lantas siapa yang berbohong, Detik atau polisi?
Lalu pemberitaan Indowarta.com soal pengakuan FH yang dipaksa mengaku untuk mengakui sosok dalam WhatsApp HRS adalah dirinya.
Untuk menyebut beberapa contoh. Memunculkan kecurigaan dan tuduhan bahwa kasus ini sarat dengan rekayasa, untuk tujuan tertentu, yang salah satunya tidak lain adalah pembunuhan karakter HRS.
Artikel ini ditulis oleh:
Nelson Nafis
Andy Abdul Hamid