Benarkah demikian? Sulit untuk menghindari dugaan bahwa kasus ini tidak terlepas dari peran-peran politik yang telah dimainkan HRS dalam aksi-aksi Bela Islam untuk menuntut Basuki Tjahaja Poernama alias Ahok dihukum penjara karena telah menistakan agama islam. Dan gerakan jangan memilih pemimpin non muslim dalam Pilkada DKI yang ditujukan kepada Ahok. Maka, muncul tudingan bahwa dalam kasus ini kental aroma balas dendam politik terkait dengan kekalahan Ahok dalam Pilkada DKI dan dijatuhkannya hukuman dua tahun kepadanya atas kasus penodaan agama.
HRS merupakan tokoh paling frontal dan dianggap paling bertanggungjawab terhadap kekalahan Ahok dalam Pilkada DKI. HRS juga dianggap sebagai salah satu tokoh yang bertanggungjawab bagi tuduhan penodaan agama yang berujung pada hukuman dua tahun penjara bagi Ahok.
Dari situlah kemudian muncul analisis bahwa kasus ini sengaja dimunculkan untuk menciptakan keseimbangan politik. Ini ibarat skor pada pertandingan sepakbola, dimana salah satu kesebelasan sudah tertinggal 1-2 gol. Karena ingin meredam berbagai gejolak akibat ketidakpuasan suporter, maka skor perlu diatur sehingga seluruh pengunjung stadion bisa pulang dengan damai tanpa gejolak.
Begitu pula kasus ini muncul. Harapannya, semua suporter bisa menerima hasil pertandingan sehingga gejolak bisa dihindari dan suhu politik yang meninggi bisa diredakan. Wallahua’lam.
[Oleh: Nazaruddin – Pengamat Hukum & Politik]
Artikel ini ditulis oleh:
Nelson Nafis
Andy Abdul Hamid