Sudirman Said dan Rizal Ramli (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com — Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli menyindir ada salah satu menteri di Kabinet Joko Widodo (Jokowi) yang berkelakukan ‘Asal Bos Senang’ alias ABS.

Untuk itu, orang tersebut, kata Rizal, terus mendorong ke Presiden Jokowi agar megaproyek kelistrikan sebanyak 35 ribu mega watt (MW) menjadi target pemerintah. Padahal proyek ini sangat tidak realistis dan perlu dievaluasi.

“Tapi sayangnya, ketika saya minta untuk dievaluasi, langsung heboh. Ini terjadi karena ada teman kita yang bersikap ‘ABS’ atau ‘Asal Bos Senang’,” sindir Rizal saat seminar soal ‘Pembangunan Ketenagalistrikan di Indonesia, Masalah dan Solusi serta Implementasi Program Listrik 35.000 MW’ di BPK, Jakarta, Selasa (31/5).

Cerita Rizal, konsistensi penolakan dirinya terkait proyek kelistrikan yang ambisius ini dilakukannya sejak diangkat Jokowi sebagai menteri pada Agustus 2015 lalu. Namun sayangnya, orang-orang yang berkepentingan dengan proyek 35 ribu MW ini langsung melabraknya.

“Padahal saya selalu bilang, selama lima tahun periode Jokowi ini paling mungkin ya menggarap 17.000-18.000 MW. Makanya saya bilang, evaluasi saja. Tapi sayangnya, orang-orang yang berkepentingan di proyek 35.000 MW tetap ngotot,” keluh Rizal.

Bahkan dia pun selalu membandingkan pyoyek pembangkit listrik yang bisa dicapai di pemerintahan sebelumnya, yaitu era Susilo Bambang Yudhoyono. SBY, kata Rizal, yang sudah memimpin selama sepuluh tahun saja hanya mampu membangun pembangkit 10.200 MW.

“Makanya saya selalu katakan, proyek itu harus dievaluasi. Kalau kita lima tahun bisa bangun 18.000 MW itu sudah luar biasa. Sepuluh tahun pemerintahan SBY cuma bisa membangun 10.200 MW,” tegas dia.

Semula, cerita Rizal, Jokowi percaya dengan penjelasan Rizal tersebut. Bahkan Presiden juga percaya kalau mega proyek tersebut tidak masuk akal. Tapi sayangnya, adanya bisikan orang yang berkepentingan membuat Jokowi jadi ikut dengan proyek 35 ribu MW.

“Setelah diskusi sama kami, Presiden percaya. Kami infokan dari kiri-kanan, beliau sebenarnya paham bahwa banyak kendala untuk mencapai itu (proyek 35 ribu MW),” jelas Rizal.

Lebih lanjut Rizal menegaskan, sosok yang bersikap ‘asal bos senang’ itu, telah memberi target berlebihan kepada Presiden.

“Dia telah jual mimpi ke Presiden. Padahal masukan yang kami miliki itu tidak sembarangan. Sebelum ngomong itu, kami sudah studi dulu. Saya nggak pernah ngomong sembarangan. Orang-orang yang bereaksi sangat keras waktu itu adalah orang-orang yang sangat berkepentingan,” sindir Rizal.

Bahkan dengan tetap ngotot memperjuangkan mega proyek ini, sebut Rizal, akan merugikan PT PLN (Persero) sendiri. Sebab jika dikaji kebutuhan selama lima tahun mendatang tidak sampai 35 ribu MW. Sehingga implikasinya, akan terjadi kelebihan pasokan listrik.

Dan Independent Power Producer (IPP) yang menjual listrik ke PLN tak mau rugi, dan tentu saja bagi PLN, tetap punya kewajiban untuk membayar meski listrik banyak tak terpakai. “Berdasarkan hitungan kami, PLN bisa mengalami kerugian hingga US$10,7 miliar per tahun,” tandasnya.

Kondisi itu tentu akan menggoyang kinerja PLN, bahkan tidak menutup kemungkinan BUMN Listrik ini akan bangkrut. “Presiden Jokowi sudah paham ini. Makanya, saya pasang badan buat Pak Jokowi supaya PLN tidak bangkrut. Tapi masalahnya, masih ada pejabat ABS yang menawarkan mimpi ke Presiden, tapi solusinya tidak ada. Akhirnya hanya menyalahkan PLN,” kecam dia.

Menurut dia, jika proyek ini tetap ngotot digolkan akan terjadi excess demand, tapi di satu sisi PLN akan terkena beban, dengan harus bayar pasokan listrik tersebut.

“Jadi, mau dipakai nggak dipakai. Hitungan kami, PLN harus bayar US$10,7 miliar per tahun tanpa pakai listriknya (dari IPP). Ini membebani PLN, itu bisa jadi masalah besar nanti,” tegasnya.

Risikonya, kata dia, jika PLN sampai mengalami kerugian yang luar biasa besarnya itu, maka bukan hanya PLN saja yang bangkrut, negara pun bisa dimiskinkan.

“Kami tentu tidak mau PLN bangkrut lagi. Dulu, 15 tahun lalu, PLN bangkrut saya yang selamatkan. Makanya saat ini obligasi atau surat utang PLN besar sekali, nanti kena ke perusahaan-perusahaan lain kalau bangkrut. Keuangan PLN harus sehat,” pungkas Rizal.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan