Jakarta, Aktual.com- Indonesia mengajak negara sahabat Malaysia dan Thailand untuk melawan kampanye hitam soal kelapa sawit yang gencar dilakukan Uni Eropa.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Indonesia, Malaysia dan Thailand sama-sama memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, diantaranya yang berasal dari sektor perkebunan, salah satunya kelapa sawit.
Tetapi kemudian, komoditas kelapa sawit, belakangan ‘diserang’ isu miring oleh Uni Eropa.
“Contoh terakhir resolusi parlemen Eropa mengenai kelapa sawit yang sangat diskriminatif,” ujar Retno kepada Media melalui siaran pers resmi Istana, Minggu (30/4/2017).
Indonesia dan Malaysia kata dia telah membentuk pola kerja sama dagang bertajuk Council of Palm Oil Producing Countries atau CPOPC.
Presiden Joko Widodo kata dia mengajak Thailand untuk turut bergabung di dalam pola kerjasama CPOCP tersebut.
Ajakan tersebut kata Retno disampaikan Presiden Jokowi disela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Indonesia- Malaysia-Thailand Growth Triangle di Philippine International Convention Center, Manila, Sabtu (29/4/2017).
Retno mengatakan Indonesia berharap, dengan bergabungnya Thailand dalam kerja sama itu menjadi bentuk perlawanan melawan kampanye hitam yang dilakukan pihak manapun.
“Apa yang disampaikan oleh Bapak Presiden didukung sepenuhnya oleh Perdana Menteri Malaysia. Karena ketika di KTT ASEAN, PM Malaysia juga sudah sempat menyebut perlunya kita melawan kampanye hitam terhadap kelapa sawit,” kata Retno.
Sesuai catatan Retno, Kawasan Indonesia- Malaysia-Thailand ini memiliki potensi besar. Dimana nilai perdagangan ketiga negara mencapai USD 416 miliar atau 18,3 persen dari total perdagangan ASEAN.
Potensi ini juga didukung rata-rata pertumbuhan ekonomi ketiga negara dari 2010 hingga 2015 yang mencapai 6,9 persen.
Total populasi di kawasan ini yakni sebesar 81 juta penduduk atau sekitar 13 persen dari total populasi ASEAN.
Sedangkan dari sektor ketenagakerjaan, terdapat 38,3 juta tenaga kerja atau sekitar 12,2 persen dari total tenaga kerja ASEAN.
“Jika melihat kondisi alam dari kawasan ini, maka kerja sama yang dapat dikembangkan adalah di bidang perkebunan. Ini juga merupakan basis dari perkebunan kelapa sawit,” tukas Retno.
Menurut pantauan tim riset Aktual, Amerika Serikat dan beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa, memang sejak beberapa tahun lalu berusaha membendung ekspor kelapa sawit ke Amerika dan Eropa.
Misal melalui skema Trans Pacific Partnership (TPP), AS dan Uni Eropa berusaha membendung ekspor kelapa sawit, dengan alasan tidak ramah lingkungan. Padahal agenda tersembunyi AS, negara paman Sam ini bermaksud untuk mengganti Kelapa Sawit dengan mengekspor Kedelai ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Maka itu, hal itu bisa dibaca sebagai strategis AS dan blok Barat untuk melemahkan industri strategis Indonesia di sektor agroekonomi.
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs