“Persoalan bangsa bukan hanya kesenjangan sosial. Tapi kesenjangan niat. Niat perjuangan kita. Niat pengabdian kita. Maka berjuanglah dari motivasi ideologis yang sudah terbukti tahan banting,” ungkapnya.
Selain itu sambung Idrus bahwa harus ada reaktualisasi mengenai pandangan terhadap makna sejarah itu sendiri. Jika sebelumnya sejarah dipandang sebagai masa lalu, Idrus mengajak masyarakat untuk memaknai sejarah untuk masa depan.
“Jadikan sejarah dan kisah heroik itu sebagai motivasi dan inspirasi untuk membangun bangsa. Kita bicara sejarah, berarti bicara masa depan. Dan terpenting, Indonesia maju harus tetap menjunjung karakter orisinil bangsa ini,” paparnya.
Idrus pun mengingatkan dalam memaknai sejarah harus dilihat dalam konteks yang lebih luas. Seperti misalnya kemerdekaan, dimana harus lebih dilihat proses mencapai kemerdekaan itu sendiri, bukan hasilnya.
“Bahwa kemerdekaan dicapai dengan cara yang tidak mudah. Sama juga membangun bangsa, jika tidak bersungguh-sungguh dalam menerapkan motivasi ideologis,” imbuhnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid