Wakil Ketua DPD RI, Dr. H. Dedi Iskandar Batubara. Aktual/DOK MPR RI

Medan, aktual.com – Kisah inspiratif tentang keteguhan dalam menghadapi kerasnya hidup kembali menggema di Medan. Buku bertajuk “Meraih Impian dalam Cemeti Kefakiran” menjadi pusat perhatian dalam kegiatan “Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat” yang digelar Perpustakaan MPR RI bekerja sama dengan Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah Medan, Kamis (27/11/2025), di Aula Al Washliyah Medan.

Acara ini menghadirkan Wakil Ketua DPD RI, Dr. H. Dedi Iskandar Batubara, sebagai pembicara kunci. Turut hadir dua narasumber, yakni Dr. H. Abdul Hafiz Harahap, SH., S.Sos., M.I.Kom, akademisi FISIP USU sebagai peninjau buku, dan Jufri Bulian, S.Sos.I, sang penulis. Diskusi dipandu oleh moderator Rusli Efendi Damanik, S.E., M.M.
Kegiatan juga dihadiri Pustakawan Ahli Madya MPR RI, Yusniar, S.H., jajaran institusi, serta mahasiswa UMN Al Washliyah dan Universitas Sumatera Utara.

Mengawali acara, Dedi menyampaikan keprihatinannya atas bencana banjir dan longsor yang melanda hampir seluruh wilayah pantai barat Sumatera Utara akibat hujan deras. Musibah itu disebut turut memutus akses ke sejumlah daerah, termasuk jalur menuju Langsa dan perbatasan Aceh.

“Semoga musibah ini menjadi peringatan bagi kita untuk semakin mendekat kepada Allah. Tidak ada musibah yang terjadi kecuali karena ulah tangan manusia. Mudah-mudahan kita semakin sadar dan kembali kepada-Nya,” ujarnya, menyerukan refleksi dan kepedulian bersama.

Sebagai tokoh dalam biografi tersebut, Dedi memaparkan esensi perjuangan hidupnya—sebuah catatan perjalanan dari keterbatasan menuju pencapaian. Ia mengungkapkan bahwa penulisan buku ini berangkat dari dorongan sahabat-sahabat dekat, sebagai motivasi bagi siapa pun yang bergulat dengan keterbatasan.

“Buku ini bukan milik saya. Ini milik semua orang yang punya cita-cita besar tapi tidak punya harta atau ‘darah biru’. Allah memuliakan kita bukan karena jabatan atau harta, tapi karena kedekatan kita kepada-Nya,” tegasnya.

Momen haru menyelimuti ruangan ketika Dedi mengajak istri, Zubaidah Khan, putri sulungnya Nayla Azmina Zuhdi Batubara, serta adiknya Dr. Siti Fatimah Batubara, berdiri bersamanya di panggung. Ia menyebut mereka sebagai pilar yang menemani setiap fase hidupnya.

Dedi kemudian mengingat masa kecil yang penuh keterbatasan.
“Saya tidak pernah punya kamar tidur. Ruang tamu menjadi tempat tidur kami. Kecoak dan tikus sering lewat dari septic tank di atasnya. Tapi kami tidak pernah mengeluh,” kenangnya.

Ia juga bercerita bagaimana perjuangan pendidikan membuatnya menunda kuliah selama bertahun-tahun demi mendahulukan pendidikan adiknya. Perjalanan cinta dan rumah tangganya pun tak luput dari kisah penuh keikhlasan dan tekad.

Rektor UMN Al Washliyah, Dr. H. Firmansyah, M.Si, menilai buku ini berhasil menangkap nilai-nilai hidup yang membentuk karakter Dedi.
“Kemiskinan menumbuhkan sensitivitas dan empati. Beliau sudah membuktikannya melalui tindakan nyata,” ujarnya.

Firmansyah juga mengapresiasi kiprah Dedi yang tetap konsisten mengabdi sebagai akademisi di UMN Al Washliyah, menyebut bahwa jejak perjuangan Dedi layak menjadi bagian dari sejarah kampus.

Penulis buku, Jufri Bulian, menjelaskan bahwa metode penulisannya memadukan narasi dan deskripsi yang kuat.
“Narasi tanpa deskripsi tidak lengkap, deskripsi tanpa narasi tidak hidup. Maka saya satukan keduanya,” ungkapnya.

Ia memastikan bahwa seluruh data diperoleh dari wawancara dan dokumentasi yang diarsipkan secara sistematis—menjadikan buku ini bukan sekadar biografi, tetapi potret perjalanan sosial, spiritual, dan intelektual.

Sementara itu, peninjau buku, Abdul Hafiz Harahap, mengaku pandangannya tentang Dedi berubah setelah menuntaskan 360 halaman buku tersebut.
“Tak kenal maka tak sayang. Setelah mendalami isinya, mindset saya tentang beliau berubah,” ujarnya.

Ia memuji kekuatan etnografi keluarga, kedalaman wawancara, serta alur yang mengalir seperti skenario film. Namun ia juga memberi catatan agar biografi ini memperkuat referensi akademik untuk memperkaya relevansinya.

Acara ditutup dengan pertukaran plakat sebagai simbol kemitraan antara Perpustakaan MPR RI dan UMN Al Washliyah.
Sebagai penegasan komitmen bersama, Perpustakaan MPR RI juga menyerahkan koleksi buku resminya kepada UMN Al Washliyah, menandai kolaborasi yang diharapkan terus berlanjut di masa mendatang.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano