Kemudian pada 2016 bisa tercipta 130 ribu hektare sawah baru dan pada 2017 tercetak 250 ribu hektare sawah baru. Lalu pada 2018 target dinaikkan menjadi 280 ribu hektare sawah baru dan pada 2019 ditambah 300 ribu hektare sawah baru.
Merujuk rencana tersebut, total sawah baru yang tercetak hingga 2017 seharusnya telah mencapai 420 ribu hektare. Namun pada kenyataannya, persentase realiasasinya hanya mencapai 38,10% alias hanya 160 ribu hektare.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam suatu kesempatan mengaku senang dengan realiasi cetak sawah sebesar itu. Menurutnya, ini kenaikan tertinggi sepanjang sejarah sebab biasanya realiasi cetak sawah baru hanya 24—26 ribu hektare per tahun.
Menurut Yeni, tidak tercapainya target RPJMN inilah yang seharusnya menjadi perhatian presiden sebagai bahan evaluasi kinerja Kementerian Pertanian. Sebab melesetnya target, sangat mungkin karena sang menteri sebagai pelaksana program tidak mampu menerjemahkan rencana kepala negara.
“Kalau kemudian ini sudah mau masuk tahun keempat, nyatanya sesuai RPJMN target yang tidak tercapai 50%, ini menjadi tanggung jawabnya presiden untuk melakukan evaluasi terhadap Kementan,” tuturnya.
Ia mengingatkan, evaluasi kinerja Mentan mesti dilakukan, mengingat akan menajdi tanggung jawab presiden saat memaparkan pencapaian RPJM kepada DPR. “Presiden kan paling tidak harus taat menjalankan RPJMN-nya. Kalaupun keputusan tertinggi, bisa saja presiden melakukan reshuffle,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh: