Jembatan tersebut diperkirakan bisa digunakan pada pekan pertama Januari 2019. Saat ini dengan satu jembatan pengendara harus antre hingga satu jam dan saat akhir pekan bisa mencapai dua jam.

Daya Dukung Lingkungan Berdasakan analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kerusakan daya dukung lingkungan dan vegetasi berpotensi memicu bencana hidrometeorologis, berupa banjir, kekeringan, badai hingga tanah longsor.

“Amblesnya jembatan di Kayu Tanam yang berada di jalur utama Padang-Bukittinggi terjadi karena mulai rusaknya daya dukung lingkungan sehingga ketika hujan turun dengan intensitas tinggi air sungai meluap,” kata pengamat meteorologi dan Geofisika BMKG Stasiun Iklim Sicincin Rizky Armei Saputra.

Menurutnya kawasan Kayu Tanam secara historis dahulunya menjadi daerah dengan curah hujan tertinggi di Sumatera Barat dengan jumlah tahunan 5.000 – 5.400 milimeter.

Sementara berdasarkan data curah hujan saat kejadian pada Senin, 10 Desember 2018, hujan terjadi sejak pukul 16.00 WIB sore dan sangat lebat pada pukul 16.40 WIB selama 40 menit hingga pukul 17.20 WIB .

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid