Pemerintah seharusnya mampu mengelola secara komperhensif dalam pengelolaan DAS secara terpadu sehingga fungsi hutan pada areal hulu DAS dapat menjadi upaya mitigasi bencana longsor dan banjir ketika intensitas hujan tinggi, ujar dia.

Selain faktor cuaca, Walhi juga menyorot soal beban kendaraan yang melebihi tonase jalan sehingga memicu bencana, terutama di jalur Padang – Solok di Sitinjau Lauik yang ramai dilewati kendaraan membawa CPO dan batu bara.

“Getaran truk-truk besar itu memicu retakan di tebing jalan, namun tidak ada upaya penguatan tebing, sehingga saat hujan, air hujan akan masuk ke retakan-retakan yang ada di sepanjang tebing dan memicu longsor. Sebaiknya ada evaluasi kelas jalan dan jenis kendaraan serta beban kendaraan yang melewati jalur tersebut,” ujar dia.

Sebelumnya sebanyak 16 daerah aliran sungai dipulihkan kondisinya oleh Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai dan Lingkungan Hidup Agam Kuantan karena kondisinya yang kritis.

“Penyebab DAS kritis itu ada macam-macam, mulai dari faktor manusia hingga kondisi iklim”, kata Kepala Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai dan Lingkungan Hidup Agam Kuantan Nursida.

Menurut dia dari 386 DAS yang dikelola kondisinya secara umum pendek dan topografi curam serta curah hujan tinggi sehingga berpotensi banjir dan longsor.

Karena DAS pendek kalau pengelolaannya tidak berbasis lingkungan amat rentan terhadap longsor dan banjir, kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid