Petugas memasang plang tanda kehabisan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk semua jenis di SPBU Lubukbuaya, Padang, Sumatera Barat, Selasa (5/1). Menurut Sales Executive Retail Rayon VIII Pertamina, Adri Angga Aditya, sejumlah SPBU di Padang sengaja menghabiskan stok lama untuk kemudian menunggu diberlakukan harga baru BBM guna menghindari kerugian. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/kye/16

Jakarta, Aktual.com — Laju kesenjangan pembangungan di Indonesia semakin timpang, dimana masyarakat Papua di beberapa titik saat ini dengan terpaksa merasakan pembelian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) seharga Rp20 hingga Rp30 ribu per liter, bahkan pada saat tertentu mencapai Rp80 ribu per liter.

Namun Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro beralasan bahwa melambungnya harga tersebut terjadi di luar jalur distribusi Pertamina.

Mengingat wilayah geografis Papua yang didominasi pegunungan sehingga membuat alasan itu menjadi seakan rasional untuk dianggap wajar dengan harga penjualan yang mahal. Tapi sikap seperti itu tidak memberikan solusi untuk masyarakat disana, Wianda mengakui permasalah chanel distribusi ini tidak mampu diselesaikan oleh Pertamina sendiri.

“Distribusi di Papua, setelah bedah secara riil, problem ini tidak bisa diselesaikan oleh Pertamina saja tapi butuh partisipasi Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten, bagaimana mengatur harga yang lebih bersahabat dengan masyarakat,” tutur Wianda di Jakarta, Kamis (28/4).

Menurun Wianda, ada beberpa solusi yang ditawarkan termasuk menambah tanki-tanki BBM yang ada di daerah Papua bekerjasama dengan pemerintah kabupaten. Sedangkan untuk daerah yang memiliki ketergantungan dengan angkutan udara seperti Wamena, harus disediakan pesawat khusus angkutan BBM

“Jadi jadwalnya sedikit bermasalah, beberapa pesawat rusak kan jadi kendala, makanya kita tidak bisa transport BBM kita. Kita tergantung kehandalan ini, jadi usulan kita pesawat khusus angkut BBM dan infrastruktur darat, penambahan jalan infrastruktur menuju lokas pengunungan,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka