Khalifah Umar kemudian merespons dengan membentuk tim perumus kalender yang terdiri dari tokoh-tokoh penting seperti Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah.

Tim ini melakukan musyawarah untuk menentukan dari mana awal tahun Hijriyah dimulai. Sebagian mengusulkan dimulai dari Tahun Gajah, saat Nabi Muhammad lahir; sebagian mengajukan tahun wafat Nabi; sebagian lagi mengusulkan saat beliau menerima wahyu pertama. Namun, usulan yang disetujui adalah penetapan awal tahun dari peristiwa hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah, sebagaimana disarankan oleh Ali bin Abi Thalib.

Peristiwa hijrah dipandang sebagai momen penting dalam sejarah Islam, karena menandai peralihan dari kehidupan jahiliyah menuju masyarakat yang beradab. Oleh karena itu, momentum hijrah dijadikan sebagai titik tolak penanggalan Islam.

Kisah pertobatan Nabi Adam juga dikaitkan dengan bulan Muharram. Hal ini disampaikan dalam salah satu hadis Nabi riwayat At-Tirmidzi. Rasulullah SAW bersabda:

إِنْ كُنْتَ صَـائِمًا شَهْرًا بَعْدَ رَمَضَانَ فَصُمْ الْمُحَرَّمَ، فَإنَّ فِيْهِ يَوْمًا تَابَ اللهُ فِيْهِ عَلَى قَوْمٍ، وَيَتُوْبُ فِيْهِ عَلَى آخَرِيْن

Artinya: “Bila seseorang puasa sebulan setelah bulan Ramadhan, maka puasalah di bulan Muharram. Karena di bulan itu, hari-hari ketika Allah SWT menerima tobat suatu kaum, dan menerima tobat kaum-kaum yang lain.” (HR At-Tirmidzi)

Terkait hadis tersebut, Ibnu Rajab al-Hambali dalam Lathaiful Ma’arif menyampaikan:

صحَّ مِنْ حَدِيث أبي إسحاق عن الأسْوَد بن يَزيد أَنَّهُ قال: “سَألْتُ عُبَيد بن عُمَير عَنْ صِيَام يَوْمَ عَاشُورَاء؟ فقال: الْمُحَرَّم شَهْرُ الله الْأصَمّ فِيْهِ تيب عَلَى آدم عليه السلام فَإنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ لَا يَمُرَّ بِك إلّا صُمْته فَافْعَلْ

Artinya: “Ibnu Rajab telah mensahihkan sebuah hadis dari Abu Ishaq dari al-Aswad bin Yazid bahwa ia berkata: Aku bertanya kepada Ubaid bin Umair perihal puasa di hari ‘Asyura. Ia menjawab: Muharram adalah bulan Allah yang penting (al-ashamm). Di dalamnya Nabi Adam diterima tobatnya. Bila kamu mampu untuk tidak melewatkannya tanpa puasa, maka puasalah.” (Ibnu Rajab al-Hambali, Lathaiful Ma’arif, tanpa tahun: hlm. 54).

Dosa Nabi Adam

Semua bermula dari penolakan Iblis untuk bersujud kepada Nabi Adam sebagai bentuk penghormatan, meskipun perintah itu datang langsung dari Allah. Karena keangkuhannya, Iblis pun diusir dari surga.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain