Namun Iblis menyimpan dendam terhadap Adam dan kemudian merancang siasat agar Adam dan Hawa melanggar larangan Allah dengan memakan buah Khuldi. Tujuannya agar keduanya turut diusir dari surga seperti dirinya.

Rayuan Iblis sangat licik. Ia meyakinkan Adam dan Hawa bahwa buah tersebut akan membuat mereka naik derajat menjadi malaikat atau hidup abadi di surga. Bahkan, Iblis bersumpah atas nama Allah untuk meyakinkan ucapannya.

Adam pun mempercayai sumpah tersebut karena ia meyakini bahwa siapa pun yang bersumpah atas nama Allah tidak mungkin berdusta. Akhirnya, keduanya tergoda dan memakan buah terlarang itu.

Akibat perbuatan tersebut, pakaian yang selama ini menutupi tubuh mereka pun hilang. Mereka merasa malu dan panik, lalu berusaha menutupi tubuh dengan dedaunan surga. Tipu daya Iblis pun berhasil. Peristiwa ini diabadikan dalam firman Allah SWT:

فَدَلَّىٰهُمَا بِغُرُورٖۚ فَلَمَّا ذَاقَا ٱلشَّجَرَةَ بَدَتۡ لَهُمَا سَوۡءَٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخۡصِفَانِ عَلَيۡهِمَا مِن وَرَقِ ٱلۡجَنَّةِۖ وَنَادَىٰهُمَا رَبُّهُمَآ أَلَمۡ أَنۡهَكُمَا عَن تِلۡكُمَا ٱلشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَآ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمَا عَدُوّٞ مُّبِينٞ

Artinya: “Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, ‘Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: ‘Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?’” (QS. Al-A’raf [7]: 22)

Setelah menyadari kesalahannya, Adam dan Hawa segera bertobat dengan penuh penyesalan. Meskipun tobat mereka diterima oleh Allah SWT, sebagai bentuk konsekuensi atas pelanggaran tersebut, mereka tetap diturunkan ke bumi. (Abdul Karim Zaidan, al-Mustafâd min Qasâshil Qur’ânî, 1998, Juz I, hlm. 24)

Dikisahkan bahwa saat diturunkan ke bumi, Adam dan Hawa merasakan kesedihan yang mendalam. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa mereka menangis begitu hebatnya, bahkan jika dibandingkan dengan tangisan seluruh manusia termasuk Nabi Daud sekalipun, tangisan mereka lebih dahsyat. Saking merasa bersalahnya, mereka tidak berani menengadah ke langit selama 40 tahun.

Dalam salah satu riwayat, Imam Jalaluddin as-Suyuthi menyebut bahwa ketika diturunkan ke bumi, Adam dan Hawa bertawaf mengelilingi Ka’bah selama tujuh hari, kemudian menunaikan shalat dua rakaat dan membaca doa tobat berikut:

اللّهُمّ إِنّكَ تَعْلَمُ سِرِّيْ وَعَلَانِيَتِيْ فَاقْبَلْ مَعْذِرَتِيْ وَتَعْلَمُ حَاجَتِيْ فَأَعْطِنِيْ سُؤَلِيْ وَتَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ ذَنْبِيْ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا يُبَاشِرُ قَلْبِيْ وَيَقِيْنًا صَادِقًا حَتَّى أَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيْبُنِيْ إِلَّا مَا كَتَبْتَ لِي وَأَرْضِنِيْ بِمَا قَسَّمْتَ لِي

Artinya: “Ya Allah, sungguh Engkau tahu apa yang tersembunyi dan tampak dariku, karena itu terimalah penyesalanku. Engkau tahu kebutuhanku, maka kabulkanlah permintaanku. Engkau tahu apa yang ada dalam diriku, maka ampunilah dosaku. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu iman yang menyentuh kalbuku dan keyakinan yang benar, hingga aku tahu bahwa tidak akan menimpaku kecuali apa yang telah Engkau tetapkan. Dan berikanlah aku kerelaan terhadap semua ketentuan-Mu.” (As-Suyuthi, Ad-Durr al-Mantsur, tanpa tahun, juz 1: hlm. 59)

Salah satu pelajaran penting dari kisah ini adalah bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan kesalahan. Bahkan Nabi Adam yang tinggal di surga pun bisa tergelincir. Maka, sebagai manusia biasa di dunia ini, kita harus senantiasa siap untuk kembali kepada Allah dengan tobat yang tulus setiap kali tergelincir dalam dosa.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain