Jakarta, Aktual.com — Delapan Mahasiswa Queensland University of Technology (QUT) Australia belajar Tari Saman (Aceh) di Selasar Fakultas Hukum (FH) Universitas Surabaya (Ubaya), Selasa (7/7).

“Kami agak kesulitan, karena cuaca di sini sedang panas, tapi menyenangkan, apalagi musiknya sangat menyejukkan, berbeda dengan negara kami,” kata Mahasiswi QUT, Eleni Alexandra Grady.

Eleni belajar “Indonesian Dance” itu bersama tujuh rekan, yakni Susan Connor, Lucy Victoria Irvine, Katie Trinh, Brittanny Margaret White, Scott David Usher, Kelvin Kumar Poptan, dan Kenneth Lee.

“Saya ingin mempelajari lebih lanjut, karena saya belum pernah melihat tarian seperti itu. Saya perlu latihan lagi kalau akan memamerkan tarian itu di Australia,” katanya.

Eleni bersama tujuh rekannya merupakan mahasiswa Bechelor of Property Economics Course di QUT Australia yang sedang mengikuti “Summer Program” di Ubaya pada 2-10 Juli 2015.

Walau masih tahap mengenal dan belajar sebagai pemula, delapan mahasiswa asal Australia ini menggunakan pakaian Tari Saman lengkap dengan aksesorisnya.

“Tari Saman dipilih sebagai bagian dari pembelajaran karena sesuai permintaan dari QUT untuk mengenalkan budaya Indonesia yang bersifar kelompok,” kata Manajer Kerjasama Internasional Ubaya, Adi Teja Kusuma, B.Bus M.Com.

Namun, katanya, mereka tidak hanya dikenalkan dengan gerakan tarian itu, melainkan juga dikenalkan dengan perlengkapan untuk tarian itu, diantaranya pakaian dan aksesorisnya.

“Belajar tarian asli Indonesia menjadi muatan penting dalam Summer Program kali ini supaya mahasiswa asing yang datang ke sini mengetahui dan mengenal salah satu kekayaan budaya Indonesia,” katanya.

Sementara itu, salah satu dosen QUT asal Indonesia yang menjadi pendamping kedelapan mahasiswa itu, Dr Connie Susilawati, mengatakan kedelapan mahasiswa itu sebenarnya datang untuk belajar tentang properti di Indonesia.

“Mereka fokus pada pembelajaran The Essential of Indonesian Property, namun kami juga mengenalkan mereka tentang Indonesia, seperti makanan, tarian dan aksesorisnya, dan sedikit bahasa, seperti selamat pagi, terima kasih,” katanya.

Menurut dia, mahasiswanya itu belajar tentang properti Indonesia dengan diskusi bersama dosen dan praktisi properti serta mengunjungi pusat perbelanjaan dan bangunan bersejarah di Surabaya.

“Mereka belajar banyak tentang perbandingan properti di Indonesia dan Australia, seperti di Australia hanya dikenal hak milik dan hak sewa, tapi di Indonesia ada hak guna, dan sebagainya,” katanya.

Selain itu, mereka juga melihat Tugu Pahlawan, Museum Surabaya (Siola), Museum Seni Surabaya (House of Sampoerna), Hotel Oranye (Tunjungan), Kebun Bibit Surabaya (taman rusa), dan sebagainya.

Mereka juga berwisata ke Gunung Bromo, Songa Rafting, dan Madakaripura Waterfall yang ada di Probolinggo.

Artikel ini ditulis oleh: