Jakarta, Aktual.com – Ekonom Indonesia, Ichsanuddin Noorsy mengatakan posisi Indonesia berasa diambang pintu krisis energi akibat ketidakmampuan pemerintah menjaga ketahanan energi nasional.
Saat ini ujarnya, konsumsi energi nasional mencapai 1,6 juta barel oil per day (Bopd) sedangkan kemampuan produksi hanya berkisar di angka 800 ribu Bopd, sehingga mesti ditutupi melalui impor mencapai 50 persen dari konsumsi nasional.
“Tidak mengherankan haga BBM naik, Ini disebabkan Indonesia impor oil product sebanyak 50 persen dari konsumsi nasional. Dengan ini saya mengatakan, Indonesia selalu berada di pintu gerbang krisis energi,” ujarnya, Kamis (5/1).
Namun berbanding terbalik dengan negara Jepan, ujarnya. Negeri Samurai itu mampu menjaga kebutuhan nasionalnya. Kendati di negara Jepang tidak mempunyai sumber energi yang memadai, namun mereka memegang kontrak-kontrak migas jangka panjang di berbagai negara.
Kemudian di sisi lain, pemerintah membutuhkan dana yang besar untuk menutupi kebutuhan pembangunan infrastruktur yang menjadi janji kampanye pemerintah Jokowi-JK.
Maka dari itu, selain melakukan peminjaman luar negeri, pemerintah juga mencari berbagai celah yang berpotensi untuk meningkatkan penerimaan negara. Akibatnya kenaikan harga-harga menjadi tak terhindarkan, termasuk dalam hal listrik dan BBM. Akibatnya daya beli masyarakat akan semakin tertekan.
“Harga energi sesungguhnya sudah diperlakukan menurut pasar bebas, maka kenaikan tarif listrik dan BBM kecuali Premium RON 88 adalah keniscayaan. Dampaknya harga-harga kebutuhan pokok akan naik,” tandasnya.
Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan