Menghadiri satu majelis saja bersama beliau, seakan membawa kita pada Raudhah Ilmiyah (taman surga ilmu pengetahuan) yang mampu menyejukkan jiwa dan memuaskan alam pikiran, keilmuan beliau benar-benar mumpuni dan siap memberikan jawaban secara lansung atas beragam pertanyaan apa saja tanpa harus muraja’ah terlebih dahulu.
Saya (Syekh Dr.Abdul Mun’iem) tidak pernah mendengar beliau berkata kepada seorang penanya :” tunggu dulu, saya akan muraja’ah (melihat kembali kitab/catatan) terlebih dahulu (untuk menemukan jawaban atas suatu persoalan)” Allah SWT Menjadi saksi atas pengakuan saya (Dr.Abdul Mun’iem) ini.
Dalam satu majelis tak jarang tiga bersaudara itu berkumpul bersama, mereka yaitu ayahku Syekh Sayid Abdul Aziz dan kedua uwa/pamanku yakni Syekh Sayid Abdullah dan Syekh Sayid Abdul Hay –Radhiyallahu ‘Anhum-, melihat kebersamaan mereka tentu engkau pun bebas menggambarkannya dengan segala ungkapan sanjungan, keagungan, kewibawaan, merasa terhibur atas kehadiran mereka dan tentunya penuh kasih sayang.
Dalam satu majelis dimana mereka bertiga berkumpul, jika dalam majelis tersebut ada orang lain yang juga ikut hadir maka salah seorang dari mereka (tiga bersaudara sadah ghumariyah) itu tidak ada yang berani mengawali ucapan/pembicaraan kecuali yang lebih tua dari mereka (Syekh Sayid Abdullah) karena sikap penghormatan dan pengagungan derajatnya yang mulia, terlebih -dalam memberikan jawaban- jika ada salah seorang hadirin yang melontarkan suatu pertanyaan kepada mereka.
Namun jika dalam suatu majelis hanya ada saya dan mereka bertiga saja maka obrolan pun menjadi hangat dan mencair berlanjut membahas kondisi perpolitikan dan stabilitas umat islam secara umum serta masing-masing dari mereka pun secara terbuka mengemukakan pendapatnya atas berbagai permasalahan yang menimpa masyarakat kaum muslimin.
Mereka bertiga juga sering mengutarakan sejumlah pandangannya terhadap kitab-kitab maupun risalah terbaru yang belum lama terbit dan beredar bahkan artikel-artikel yang terbit di Koran dan majalah pun tak luput dari perhatian mereka.
Karena itu perkumpulan mereka bertiga tak ubahnya seperti sebuah lembaga kajian riset keilmuan yang membedah kitab-kitab tertentu, terkadang mereka menemukan kekeliruan/kejanggalan dalam tahqiq (komentar penulis kitab) maupun dalam hawamisy (catatan kaki) dari suatu kitab terbitan terbaru.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid
















