Jakarta, Aktual.co —Kaukus Perempuan Nadhatul Ulama (NU) menilai program pemberdayaan perempuan harus kembali ke ruhnya. Yakni dengan meningkatkan partisipasi perempuan, dan bukan dimobilisasi untuk kepentingan lain.
Diakui Koordinator Kaukus Perempuan NU, Susianah Afandy, persoalan perempuan di Indonesia semakin rumit. Salah satunya seperti tingginya angka kematian ibu. Yang melonjak drastis dari 228 per 100.000 di 2007, menjadi 359 per 100.000 di 2013.
Herannya, angka kematian ibu justru meningkat ketika pemerintah sedang menggalakkan program promosi kesehatan secara masif sampai ke tingkat desa. 
“Seperti program Jampersal (Jaminan Persalinan) dan KB (Keluarga Berencana),” ujar , di acara refleksi Hari Ibu di Jakarta, Rabu (24/12).
Faktor-faktor lainnya, seperti belum tersedianya sarana pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas, rendahnya pemahaman hidup sehat, serta permasalahan budaya. “Yang mengakibatkan kualitas kesehatan perempuan pedesaan masih sangat rendah.”
Kaum perempuan juga menghadapi masalah kemiskinan, kelaparan, rendahnya tingkat pendidikan, dan rentannya serangan penyakit menular.
Beber Susianah, dari lima juta kelahiran di Indonesia tiap tahun, sebanyak 2,5 juta di antaranya digugurkan. Yang 800.000 di antaranya dilakukan oleh remaja. “Oleh karena itu program perempuan harus kembali kepada ruhnya,” ujar dia.
Dia sangat bersyukur dengan hadirnya organisasi perempuan keagamaan seperti Aisyiah dan Muslimat NU dalam program pemberdayaan perempuan.
“Kita bisa melihat, ketika kaum perempuan di pedesaan bergabung dengan organisasi massa seperti NU dan Muhammadiyah. Banyak isu yang sebelumnya dilihat sebagai urusan domestik menjadi isu publik dan politik,” kata dia. 
Masyarakat yang dulunya masih beranggapan hal domestik seperti kekerasan dalam rumah tangga, masalah kesehatan reproduksi, hak dan kewajiban suami yang dulunya tabu untuk dibicarakan, setelah bergabung dalam organisasi perempuan malah menjadi pelopor dalam menyosialisasikan masalah tersebut.

Artikel ini ditulis oleh: