Jakarta, Aktual.com — Hubungan diplomasi China dengan Jepang dalam sejarahnya selalu diwarnai perseteruan yang sangat emosional, bagaikan pertarungan abadi antara kebaikan melawan kejahatan, atau perseteruan alamiah antara tikus dengan kucing dalam film Tom and Jerry.
China (dan juga Korea Selatan) adalah dua negara yang selalu memutar ulang drama sejarah penindasan yang sangat keji yang dilakukan tentara Jepang terhadap rakyat dan bangsanya.
“Hanya bangsa Indonesia saja yang dipimpin oleh elite politik yang bermental jongos yang tidak trauma terhadap penjajahan asing yang sangat keji dan biadab, yang merampok kekayaan alam, memperbudak jutaan rakyat kita, wanita kita diperkosa oleh tentara Jepang, puluhan ribu ulama dan pejuang bangsa kita ditangkap, dibunuh, dipenjara dan dibuang oleh kolonialis Belanda hingga ke daerah yang sangat tandus di Afrika dan wafat sana. Akibatnya, hingga hari ini penjajahan asing masih mencengkram bangsa Indonesia yang di-back up oleh para ‘londo ireng’, ‘marsose’ dan ‘bodyguard’ politik”.
Pemerintahan Joko-Kalla dalam berbagai kesempatan mengatakan akan menegakan Trisakti, namun pada kenyataannya tidak medesign ulang sistem negara yang memproteksi datangnya spektrum ancaman yang baru yang menjadikan negara kita sebagai medan pertarungan atau gelanggang perlombaan berbagai kepentingan international.
Dalam pertarungan yg dilatarbelakangi memperebutkan projek kereta cepat jarak pendek Jakarta-Bandung, terlihat Presiden Joko, Wapres Kalla dan Meneg BUMN Rini, diduga telah bertindak demi kepentingan pribadi dan perusahaannya, mengundang China dan Jepang untuk bertarung di atas tanah air kita.
Pemerintahan Joko-Kalla telah menjadikan bangsa Indonesia sebagai medan konflik antara dua poros kapitalisme global, Jepang dan Amerika dengan poros Trans-Pacific Partnership (TPP) berhadapan dengan China dan Rusia dengan poros BRICS.
“Saat ini perang intelijen dari dua poros kapitalisme global yang sedang bertarung memperebutkan pengaruh politik di negeri kita telah menjangkau hingga ke toilet, meja makan dan ruang rapat Presiden di Istana Negara”.
Jika Pemerintahan Joko-Kalla mempunyai jiwa Trisakti pasti berusaha mem-proteksi negaranya dari ancaman dijadikan sebagai gelanggang atau medan konflik dari berbagai kepentingan international, baik pertarungan ideologi maupun ekonomi dan politik.
Marilah kita amati dan belajar kepada negara besar seperti Inggris, Amerika dan China, yang berhasil mendesign sistem negaranya yang kuat, kokoh dan kebal menghadapi berbagai ancaman yang menjadikan negaranya sebagai medan konflik dari berbagai kepentingan internationalis.
Penulis: Haris Rusly, Petisi 28
Artikel ini ditulis oleh: