25 Desember 2025
Beranda blog Halaman 40757

HUT NTT, Jokowi dan Ahok akan Hadir

Kupang, Aktual.co — Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo akan menghadiri perayaan hari ulang tahun (HUT) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ke- 56, di Kupang, pada Sabtu (20/12).
“Selain ketiga pejabat tersebut,  10 duta besar negara sahabat ikut menghadiri acara ini,” kata Sekretris Daerah Provinsi NTT, Fransikus Salem di Kupang, Jumat (12/12).
Dalam kunjungan tersebut, Jokowi akan menyaksikan penandatanganan kerja sama antara Pemerintah Provinsi NTT dengan Pemprov DKI Jakarta dan Jawa Tengah di bidang peternakan dan perikanan.
Menurutnya, agenda tersebut merupakan hasil pertemuan Gubernur NTT Frans Lebu Raya di Jakarta usai rapat koordinasi bersama presiden di Istana Bogor, beberapa waktu lalu.
“Pada HUT NTT 20 Desember 2014 Jokowi dijadwalkan akan melakukan peletakan batu pertama pembangunan Waduk Raknamo di Kabupaten Kupang, dan pengresmian RS Siloam.”

Artikel ini ditulis oleh:

HUT NTT, Jokowi dan Ahok akan Hadir

Kupang, Aktual.co — Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo akan menghadiri perayaan hari ulang tahun (HUT) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ke- 56, di Kupang, pada Sabtu (20/12).
“Selain ketiga pejabat tersebut,  10 duta besar negara sahabat ikut menghadiri acara ini,” kata Sekretris Daerah Provinsi NTT, Fransikus Salem di Kupang, Jumat (12/12).
Dalam kunjungan tersebut, Jokowi akan menyaksikan penandatanganan kerja sama antara Pemerintah Provinsi NTT dengan Pemprov DKI Jakarta dan Jawa Tengah di bidang peternakan dan perikanan.
Menurutnya, agenda tersebut merupakan hasil pertemuan Gubernur NTT Frans Lebu Raya di Jakarta usai rapat koordinasi bersama presiden di Istana Bogor, beberapa waktu lalu.
“Pada HUT NTT 20 Desember 2014 Jokowi dijadwalkan akan melakukan peletakan batu pertama pembangunan Waduk Raknamo di Kabupaten Kupang, dan pengresmian RS Siloam.”

Artikel ini ditulis oleh:

Prajurit Kostrad Cantik dan Tangguh di Pameran Alutsista

Tiga anggota Kostrad wanita bersenjata lengkap tengah berjaga dalam acara pameran alutsista TNI AD di Monas, Jakarta, Jumat (12/12/2014). Memperingati Hari Juang Kartika ke-69, TNI AD menggelar pameran alat utama sistem persenjataan (Alutsista) atau peralatan tempur hingga 15 Desember mendatang. AKTUAL/MUNZIR

Pengamat: Polemik Golkar, Pemerintah Sebaiknya Kembalikan Berkas Kedua Kubu

Jakarta, Aktual.co — Pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang Teguh Yuwono mengatakan pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia lebih baik mengembalikan berkas-berkas dari kedua pihak yang berseteru di Partai Golkar.
“Pemerintah lebih baik memutuskan untuk tidak mengambil keputusan. Kirim surat ke Golkar supaya mereka menyelesaikan dulu masalah, kemudian terima berkas setelah bersatu kembali,” kata Teguh Yuwono dihubungi dari Jakarta, Jumat (12/12).
Teguh mengatakan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik menyebutkan bila ada konflik di dalam partai yang menyebabkan adanya dualisme kepengurusan, maka diselesaikan sendiri oleh partai melalui mekanisme mahkamah partai.
Namun, yang menjadi permasalahan adalah ketika mahkamah partai pun terpecah seperti yang terjadi pada Partai Golkar. Partai Golkar versi munas Bali yang dipimpin Aburizal Bakrie dan Partai Golkar versi munas Ancol yang dipimpin Agung Laksono, mengklaim memiliki mahkamah partai masing-masing.
“Bagaimana pun, pemerintah tidak bisa memutuskan akan mengesahkan yang mana. Undang-undang secara jelas menghormati otonomi parpol. Kalau membela salah satu dan menenggelamkan yang lain, itu menunjukkan Menkumham tidak paham undang-undang,” tuturnya.
Selain itu, bila pemerintah memutuskan mengesahkan salah satu pihak, maka rentan untuk digugat ke pengadilan tata usaha negara (PTUN). Itu sudah terjadi ketika pemerintah mengesahkan kepengurusan PPP versi Romahurmuzy.
“Keputusan pemerintah akan cacat dan berpotensi digugat. Di sisi lain kesalahan itu akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah,” tukasnya.
Perlu diketahui, kepengurusan Partai Golkar terpecah menjadi dua sebagai imbas perbedaan pendapat yang ada di dalam partai tersebut. Kedua belah pihak yang bertikai menggelar musyawarah nasional (munas) sendiri dan sama-sama mengklaim pengurus yang sah serta menyerahkan berkas untuk disahkan Kemenkumham.
Munas di Bali diselenggarakan oleh pihak ketua umum Aburizal Bakrie. Munas tersebut kembali memilih Aburizal Bakrie sebagai ketua umum dalam pemilihan secara aklamasi.
Sedangkan munas di Ancol diselenggarakan kelompok penyelamat partai yang dimotori Agung Laksono. Agung Laksono terpilih sebagai ketua umum dalam pemungutan suara mengalahkan kandidat lain Priyo Budi Santoso dan Agus Gumiwang Kartasasmita.

Artikel ini ditulis oleh:

Pengamat: Polemik Golkar, Pemerintah Sebaiknya Kembalikan Berkas Kedua Kubu

Jakarta, Aktual.co — Pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang Teguh Yuwono mengatakan pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia lebih baik mengembalikan berkas-berkas dari kedua pihak yang berseteru di Partai Golkar.
“Pemerintah lebih baik memutuskan untuk tidak mengambil keputusan. Kirim surat ke Golkar supaya mereka menyelesaikan dulu masalah, kemudian terima berkas setelah bersatu kembali,” kata Teguh Yuwono dihubungi dari Jakarta, Jumat (12/12).
Teguh mengatakan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik menyebutkan bila ada konflik di dalam partai yang menyebabkan adanya dualisme kepengurusan, maka diselesaikan sendiri oleh partai melalui mekanisme mahkamah partai.
Namun, yang menjadi permasalahan adalah ketika mahkamah partai pun terpecah seperti yang terjadi pada Partai Golkar. Partai Golkar versi munas Bali yang dipimpin Aburizal Bakrie dan Partai Golkar versi munas Ancol yang dipimpin Agung Laksono, mengklaim memiliki mahkamah partai masing-masing.
“Bagaimana pun, pemerintah tidak bisa memutuskan akan mengesahkan yang mana. Undang-undang secara jelas menghormati otonomi parpol. Kalau membela salah satu dan menenggelamkan yang lain, itu menunjukkan Menkumham tidak paham undang-undang,” tuturnya.
Selain itu, bila pemerintah memutuskan mengesahkan salah satu pihak, maka rentan untuk digugat ke pengadilan tata usaha negara (PTUN). Itu sudah terjadi ketika pemerintah mengesahkan kepengurusan PPP versi Romahurmuzy.
“Keputusan pemerintah akan cacat dan berpotensi digugat. Di sisi lain kesalahan itu akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah,” tukasnya.
Perlu diketahui, kepengurusan Partai Golkar terpecah menjadi dua sebagai imbas perbedaan pendapat yang ada di dalam partai tersebut. Kedua belah pihak yang bertikai menggelar musyawarah nasional (munas) sendiri dan sama-sama mengklaim pengurus yang sah serta menyerahkan berkas untuk disahkan Kemenkumham.
Munas di Bali diselenggarakan oleh pihak ketua umum Aburizal Bakrie. Munas tersebut kembali memilih Aburizal Bakrie sebagai ketua umum dalam pemilihan secara aklamasi.
Sedangkan munas di Ancol diselenggarakan kelompok penyelamat partai yang dimotori Agung Laksono. Agung Laksono terpilih sebagai ketua umum dalam pemungutan suara mengalahkan kandidat lain Priyo Budi Santoso dan Agus Gumiwang Kartasasmita.

Artikel ini ditulis oleh:

Peradaban Budaya Indonesia Terbingkai dalam Nuansa Global-Lokal

Jakarta, Aktual.co — Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr Ketut Sumadi menilai peradaban sosial budaya bangsa Indonesia terbingkai dalam nuansa spiritual global-lokal.
“Hal itu dapat dipahami dari munculnya kecenderungan terjadinya ‘pengerutan dunia’ dalam konteks institusi modernitas dan meningkatnya kesadaran tentang dunia dalam konteks kultural” kata Ketut Sumadi yang juga pengamat masalah agama, adat dan seni budaya di Denpasar, Jumat (12/12).
Ia mengatakan, modernitas kapitalis melambung mengandung elemen homogenisasi kultural yang terus mendorong munculnya proses belajar translokal sehingga terjadi simbiosis kultural.
Kondisi itu menyebabkan yang global dan lokal sama-sama saling membentuk, yang satu menjadi bagian yang lainnnya, sehingga fenomena “global-lokal” menghadirkan sebuah paradoks seperti berada dalam simpang pilihan dan silang budaya.
Kondisi demikian dianggap lokal dilawan dengan global, padahal inti peradaban manusia selalu hidup melintasi ruang dan waktu, sehingga nilai-nilai universal peradaban yang menggerakkan dinamika kehidupan dunia sesungguhnya hasil dari proses belajar translokal.
Ketut Sumadi menambahkan, simpang pilihan dan silang budaya patut menjadi sebuah refleksi budaya kekinian yang memperkuat pemahaman tentang relativitas budaya, global dan lokal.
“Semua itu merupakan istilah-istilah yang relatif, gagasan yang lokal, dilahirkan dalam wacana global yang mampu menguatkan identitas lokal menjadi bagian dari globalisasi,” ujar Ketut Sumadi.
Konsep glokalisasi awalnya dipakai dalam bidang pemasaran untuk menjelaskan tentang titik temu budaya global-lokal yang telah tersaring melalui proses belajar translokal, yang lokal diproduksi secara global.
Dengan demikian globalisasi menjadi alasan bagi kebangkitan kembali identitas budaya lokal di berbagai belahan dunia. Demikian pula nasionalisme lokal merebak sebagai respon terhadap kecenderungan globalisasi, tutur Ketut Sumadi.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain