Jakarta, Aktual.co — Munculnya ratusan pedagang hewan qurban menjelang Idul Adha sudah menjadi pemandangan yang lazim di Jakarta dan kota sekitarnya, yang cukup menarik adalah konsep penjualan yang ditawarkan oleh salah satu pedagang hewan qurban di Depok. Haji Doni menjajakan hewan qurban  layaknya pasar swalayan atau mall hewan kurban, ada ribuan sapi yang di jajakan di tiga outletnya, layaknya sebuah pasar swalayan, setiap outletnya selalu terjaga kebersihanya dan di lengkapi dengan pendingin ruangan. 
SPG atau Sales Promotion Girl juga sudah disiapkan untuk memberikan informasi kepada calon pembeli tentang kwalitas dan harga hewan qurban. Adanya micro chip yang dipasang di kuping setiap hewan qurban memudahkan para SPG menjelaskan tentang umur, asal hewan, berat, dan harga kepada para pelangganya.
Haji Doni juga meluruskan soal fungsi dari SPGnya hanya memberikan informasi kepada calon pelanggan tentang produknya bukan sebagai marketing, karena dari sisi penjualan adanya SPG tersebut tidak begitu berdampak. 
Mall hewan qurban menargetkan menjual 4000 ekor sapi untuk musim idul adha tahun ini.

Jakarta, Aktual.co —Menjelang PEMILU 2014, independensi media mulai dipertanyakan. Beberapa media sudah menjadikan dirinya sebagai media propaganda untuk kelompoknya masing – masing. Bagi insan media propaganda bukan sesuatu hal yang tabu, mengingat subyektifitas media juga sangat di pengaruhi oleh para profesional didalamnya dan misi dari media tersebut.
Jasa media dalam mengawal bangsa Indonesia juga sangat besar dalam satu dekade belakangan ini, tidak hanya dalam hal demokrasi, hukum, pembangunan, sosial bahkan untuk kasus penyimpangan dan korupsi, beberapa media menciumnya lebih cepat dari pada aparat penegak hukum.
Keberpihakan media di Indonesia ke kelompok tertentu sudah terjadi sejak  zaman pergerakan kemerdekaan, dimana para pemuda masa itu menerbitkan surat khabar untuk menggerakan dan membakar semangat rakyat guna melawan penindasan. Di era tahun 60an ada “Harian Rakyat” yang menjadi corong dari Partai Komunis Indonesia.
Di era reformasi, dimana media mendapat kebebasan yang sangat luas, tantangan bagi insan media juga bertambah besar. Independensi dan industrialisasi media harus jalan beriringan walaupun karakter tersebut saling bertolak belakang. Maka unsur keberimbangan antara advertorial dan pengungkapan kebenaran  menjadi keharusan bagi media untuk menjaga keberlangsungannya.
Keberimbangan media juga sudah menjadi perhatian masyarakat, media yang tidak berimbang dalam menyampaikan berita maupun advertorial lambat laun akan ditinggalkan oleh masyarakat, mengingat ada ribuan media baik online, cetak, televisi dan radio menawarkan berbagai macam informasi. Masyarakat Indonesia sudah cerdas menentukan informasi yang ingin diketahui.