Menurutnya, kekuatan global bila tidak diantisipasi dapat mengancam punahnya nilai-nilai lokal. “Kemajuan teknologi informasi menjadi babak baru bagi budaya masyarakat dunia. Dunia menjadi rumah global. Tak jarang menafikan batas-batas teritorial. Melahirkan penyeragaman budaya. Jika tidak dikawal bisa mengancam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Eddie.
Deklarasi “Rumah Budaya Satu-Satu” diwarnai apresisasi pergelaran seni dan budaya. Menampilkan karya para seniman dari berbagai komunitas seni antara lain, Sanggar Tari Rangga Binangkit dan Mekar Pasundan” pimpinan Jami Bin Samu Eket, pentas teater Kalamtara, Digital Teater Momong, OBH Akustik, musik dan tari dari para pelajar dan mahasiswa, serta penampilan dua penyanyi Hip Hop 2RT membawakan single hits mereka ‘Jolaren’ (Jomblo Lama Tapi Keren).
Peringatan Hari Sumpah Pemuda dan Deklarasi Rumah “Budaya Satu-Satu” ini juga dimeriahkan dengan acara Lomba Mewarnai dan Lomba Kreasi Slime (Slime Competition), yang diikuti para pelajar TK dan SD. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai budaya Indonesia kepada anak-anak sejak dini.
Selanjutnya digelar pameran sejumlah benda-benda sejarah dan budaya peninggalan masyarakat “Kampoeng Karanggaan” diantaranya, Gerabah (Keramik), Wajan memasak Dodol dan Lumpang, alat menumbuk padi yang usianya hampir 200 tahun. Menampilkan berbagai alat rumah tangga dari anyaman bambu yang sangat potensial pada masanya, termasuk menampilkan sepeda tua bernilai sejarah yang sudah berusia 47 tahun.