“Untuk posisi tingkat keterpilihan paslon di Kalbar seringkali dipengaruhi oleh Suku dan Agama, hal itu membuat kondisi Kalbar sempat memanas. Namun hal ini segera direspon dengan cepat oleh pihak kepolisian dengan dilakukan komitmen Pilgub Damai, yang dilakukan oleh ketiga Paslon,” kata dia.
Kondisi Kalbar dengan sejarah benturan antar suku jauh sebelum tahun 2018 kata dia, menjadikan masyarakat Kalbar sadar atas pentingnya persatuan dan kesatuan, hal itu terjadi karena masyarakat merasakan langsung kerugian ekonomi dan sosial yang ditimbulkan apabila konflik yang pernah terjadi, kembali terulang.
“Kondisi tersebut tergambarkan dari pernyataan para responden saat ditanya alasan mengapa memilih paslon nomor urut satu (Milton_ Boyman). Masyarakat menilai, pasangan Milton dan Boyman merupakan perpaduan yang serasi, antara Dayak dan Melayu, juga Keristen dan Islam,” ujarnya.
Tidak heran, jika paslon ini berhasil mengkikis elektabilitas dari kedua calon lainnya. Selain itu, model politik dinasti hari ini jelasnya, tidak lagi disukai masyarakat Kalbar.
“Masyarakat Kalbar tidak banyak yang memilih paslon Karoli dan Gidot. Hal itu juga dapat menjadi parameter tingkat demokrasi semakin tinggi di Kalimantan Barat. Bahkan etika dan moral calon pemimpin kerapkali dijadikan alasan mengapa paslon Karolin dan Gidot banyak tidak disukai responden, hal tersebut terkait dengan video porno cagub yang sempat tersebar luas,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara