Jakarta, Aktual.com-Kepala Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perempuan (UN Women) Phumzile Mlambo-Ngcuka menyebut kelompok fundamentalisme bersejata sebagai ancaman dalam kesetaraan gender. Kelompok yang dimaksud adalah Boko Haram di Nigeria hingga ISIS di Suriah dan Iran.
“Masalah terkait pegaris keras cukup berat karena mereka kelompok paling kejam terhadap perempuan,” ujarnya, Sabtu (10/9).
“Fundamentalisme adalah beban utama bagi perempuan. keyakinan semacam itu merenggut rasa aman bagi kaum hawa daripada hal lain,” katanya.
Kelompok ini disebut oleh Mlambo-Ngcuka adalah ancaman yata dalam demokrasi khususnya bagi perempuan.
“Ruang untuk gerakan dan nilai demokrasi umumnya kian menyusut, alhasil, ruang untuk kesetaraan gender juga berkurang,” kata Mlambo-Ngcuka.
Ia mencontohkan anak dan perempuan kaum Yazidi di Irak Utara banyak yang diserang IS.
Kelompok itu kerap menyasar perempuan, memperkosa, bahkan menjadikan para kaum hawa jadi budak seks, tambahnya.
Kasus lain ikut menimpa anak perempuan dan wanita korban Boko Haram. Pegaris keras itu telah memberontak di wilayah timur laut Nigeria, menewaskan 15 ribu orang serta mengusir lebih dari dua juta penduduk dari rumahnya.
Dalam serangan terbesarnya pada April 2014, Boko Haram menculik 276 anak perempuan dari sekolah menengah di Chibok, wilayah timur laut, negara bagian Borno.
Sekitar 50 anak perempuan berhasil melarikan diri, tetapi 219 lainnya masih ditawan.
Pegiat hak mengatakan, kelompok pegaris keras di seluruh dunia merupakan ancaman besar bagi perempuan. Pasalnya, mereka mendukung pernikahan dini dan mutilasi organ kelamin anak perempuan. Kedua hal itu yang terus diperangi para pegiat kemanusiaan dalam beberapa tahun terakhir.
“Kekerasan semacam itu merupakan tantangan bagi perempuan di seluruh dunia. Kekerasan yang menimpa laki-laki cukup berbeda, tetapi dampaknya pada perempuan pun sama,” kata Mlambo-Ngcuka.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara