Gambar Dedi Supriyanto

Jakarta, Aktual.com – Koordinator Pokja Rencana Induk Komoditas Minerba GSKM (Grand Strategi Komoditas Mineral dan Batu Bara), Dedi Supriyanto mengatakan industri hilir di Indonesia belum berkembang. Dedi beralasan pemerintah belum memiliki strategi link and match serta peta jalan yang jelas untuk mengembangkan industri mineral dan batu bara (Minerba).

“Target GSKM untuk prioritas pemanfaatan potensi minerba dalam rangka mencapai Indonesia ideal 2045 salah satunya adalah memperbesar nilai ekspor produk hilir. Akan tetapi, kekurangannya adalah link dan match industri hilir minerba dan roadmap pengembangan minerba belum ada.” kata Dedi dalam Webinar yang berlangsung Selasa (9/11) siang.

Dedi mengatakan ekspor timah di Indonesia sendiri sebenarnya sudah mencapai angka 98,5 persen. Hanya sekitar 1,5 persen yang dikonsumsi domestik. Menurut Dedi, Indonesia bahkan masih mengimpor timah sebesar 105 ton untuk memenuhi kebutuhan timah dalam negeri sebesar 250 ribu ton.

“Oleh karena itu, industri hilir perlu menjadi fokus utama. Industri hilir yang harus dikembangkan antara lain industri forming dan industri ikutan minyak,” jelasnya.

Untuk mengatasi ketimpangan ekspor dan impor timah ini, Dedi menyarankan untuk melakukan substitusi impor dan pemenuhan kebutuhan bahan baku timah. Tujuannya semata-mata untuk peningkatan, optimalisasi, dan efisiensi industri pengolahan dan pemurnian.

(Shavna Dewati Setiawan)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Aktual Academy