Pekerja menata tabung gas elpiji 3 kilogram di Depot and Filling Station LPG Pertamina Plumpang, Jakarta, Selasa (3/11). Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja berharap sekitar 20 persen konsumen gas elpiji bersubsidi tiga kilogram dapat beralih ke elpiji 5,5 kilogram nonsubsidi agar subsidi dapat dialihkan ke infrastruktur, kesehatan, dan lainnya. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A./pd/15

Jakarta, Aktual.com – Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VIII Jayapura mengakui pembangunan depot LPG di Jayapura tersendat akibat berbagai faktor di antaranya pendanaan karena pembangunannya menggunakan dana APBN.

“Selain itu, masalah lahan yang juga belum tuntas sehingga menyebabkan rencana pembangunan depot LPG direncanakan sejak 2015 lalu belum dapat terealisasi,” kata Manager Fuel Retail Pertamina MOR VIII Jayapura Zibali Hisbul Masih, di Jayapura, Rabu (3/1).

Dia menjelaskan, walaupun pembangunan depot tersendat namun Pertamina tetap berupaya untuk mulai merencanakan kembali pembangunannya mengingat dampaknya bila sudah memiliki depot LPGsehingga harganya makin terjangkau.

Harga LPG di Kota Jayapura masih relatif mahal, yakni untuk isi 12 kg mencapai Rp 230 ribu, dan bila sudah ada depot sendiri dipastikan akan mengalami penurunan, kata Zibali, didampingi Manager Communication dan CSR MOR VIII Eko Kristiawan.

Menurutnya, rencananya akan dibangun tangki penyimpanan (storage) di Wayame, Ambon.

Zibali mengatakan, selain akan membangun depot, saat ini sudah ada pengusaha menjajaki membangun storage LPG dan Pertamina mendukung sepenuhnya.

Saat ini LPG yang dijual di wilayah Pertamina MOR VIII Jayapura meliputi Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara adalah ukuran isi 12 kg dan 5,5 kg, kata Zibali.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka