Jakarta, Aktual.co — Koordinator Indonesia Bersih (KIB) Adhie Massardi menyatakan rencana Pertamina mencatatkan utangnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagaimana disampaikan Menteri BUMN Rini Soemarno tidak ada yang salah.

Namun menjadi masalah apabila penerbitan obligasi dalam bentuk uang rupiah di BEI itu dilakukan secara paksa ke pihak-pihak tertentu. Yakni dengan membuat skenario seolah-olah pasar yang menentukan.

“Seharusnya pemerintah mengkonsolidasikan kekuatan BUMN lain untuk menopang finansial Pertamina. Jadi beberapa BUMN yang kuat diminta untuk membeli saham Pertamina. Baru sisanya, harus kurang dari 10 persen dijual ke pasar,” kata Adhie saat dihubungi.

Apabila tidak diprosentasekan demikian, mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid itu meyakini pembeli obligasi Pertamina bukan dari BUMN lain.

“Jadi tidak ada keraguan sedikitpun pada saya, kalau pembeli obligasi Pertamina bukan BUMN lain, dan hanya pihak (asing) tertentu, sudah bisa dipastikan ini permainan kartel migas internasional yang berkongsi dengan jaringan mafia migas lokal.”

Kemarin, Senin (1/12), Menteri BUMN Rini Soemarno meminta utang PT Pertamina diubah menjadi mata uang rupiah. Rini juga meminta Pertamina mencatatkan utangnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tujuan transparansi di Pertamina.

“Pertamina perlu mengeluarkan obligasi dalam bentuk uang rupiah. Obligasinya tercatat di bursa efek,” kata dia di kantor Kementerian BUMN, Senin (1/12).

Ditekankan Rini, dengan tercatatnya obligasi Pertamina di BEI maka utang Pertamina menjadi terbuka untuk masyarakat luas.

Artikel ini ditulis oleh: