Keempat adalah penerimaan masyarakat terhadap adanya reaktor nuklir perlu dipertimbangkan.

“Secara garis besar kita memiliki potensi, tetapi pembiayaan nuklir itu besar sekali, hingga 6 juta dolar AS per MW apabila dibandingkan dengan pembangkit batubara yang membutuhkan 1 hingga 2 juta dolar AS per MW, serta harga akhir yang masih diatas BPP, sekitar 9,7 sampai 13,6 sen per kWh” lanjut Wamen ESDM.

Wamen mencontohkan untuk perhitungan tarif listrik PLTN di Bangka oleh Rosatom (Rusia) sebesar 12 cent$/kWh. Dengan harga tersebut yang lebih tinggi dari BPP sebesar 7 cent$/kWh, maka biaya kemahalan listrik PLTN mencapai Rp3 triliun untuk kapasitas 300 MW.

“Apabila secara komersial tidak memadai dibanding dengan pembangkit energi terbarukan yang lainnya, lebih baik dipikirkan lagi, selain itu perlu waktu 10 tahun untuk pengembangan nuklir setelah go nuklir,” kata Wamen.

Hal terakhir yang ditekankan oleh Wamen terkait pembangunan PLTN adalah penerimaan masyarakat. Saat ini masih banyak masyarakat yang berpendapat bahwa selama tidak berada wilayahnya, maka tidak jadi persoalan.

ant

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby